Original topic:

Me, Myself, and Music

(Topic created on: 04-05-2020 07:26 AM)
117 Views
Nandra
Beginner Level 2
Options
Others


Kata-kata di atas pernah terucap oleh Lee Chae-rin, atau yang lebih dikenal dengan nama CL. Chae-rin adalah salah satu anggota dari girl-band Korea 2NE1 yang sangat terkenal lokal maupun internasional di era 2010-an. Mungkin kata-kata itu terdengar sangat cliche, tapi sepertinya semua penikmat musik akan dengan sangat mudah memahami kata tersebut.

Ya, musik kalau memang dipandang dari genre akan banyak sekali. Merepresentasikan kalangan, sosial, politik, dan sebagainya. Namun di antaranya selalu ada yang merasa bahwa musik tidak harus dinikmati dengan katagori atau pengkotakan, dan gue salah satunya.

Dulu mungkin saat berdiskusi seputar musik dengan teman sekolah terlontar pertanyaan, "lo anak apa?", dengan jawaban, "gue anak punk", "gue anak hip-metal", "gue anak emo", dengan begitu timbul perasaan bahwa kita memberikan statement tegas mengenai siapa diri kita. Jawaban-jawaban itu jauh terdengar keren dibandingkan "gue sih dengerin apa aja yang enak di kuping", stigma ngga punya pendirian akan melekat pada seseorang dengan jawaban demikian. Jujur aja, gue pun dulu pernah juga jadi bagian labeling seseorang dari selera musiknya. Lama kelamaan seiring dengan seringnya gue berani mendengarkan musik di luar self proclaimed pendirian gue yang lebih berat kepada musik rock & metal, gue merasa sangatlah salah untuk menutup diri dari aliran musik yang berjam-jam nempel di kuping.

Apa yang membuat gue membuka pintu untuk semua aliran musik? 

Bisa dibilang tahap gue "melek" dengan musik adalah era 97-an, di mana gue mulai memilih musik apa yang mau gue dengerin. Kita semua tau, musik di era 90-an memang terbaik, karena banyak sekali variannya mulai dari Pop, Techno, HipHop, Grunge, Alternative Rock, dan banyak sekali pilihannya. Tapi seorang teman memperkenalkan gue kepada Limp Bizkit, dengan Nookie, Break Stuff, Re-Arrange (3 lagu pertama dan favorit gue), dan juga Freak On A Leash (KoRn). Entah apa yang membuat gue suka pada awalnya, tapi 2 band itu sangat terdengar keren, dan gue pun merasa gue keren kalo dengerin lagu-lagu mereka. 

Masih di era yang sama di tahun 99-2003an di mana gue sangat mengidolakan Limp Bizkit, KoRn, dan bertambah ke Slipknot dan Linkin Park.. masuklah era Punk-Pop, dan aliran musik itu terdengar menye di kuping gue (sempet banget gue masuk masa ejek-ejekan pilihan musik). Ternyata, orang-orang terdekat gue (kakak terutama) malah mengidolakan lagu-lagu tersebut (dan tidak terlalu suka dengan pilihan musik gue), mau ngga mau, lagu-lagu menye itu masuk ke kuping gue sehari-hari.. Itu adalah moment krusial yang membuat gue mulai menyerah dengan sok-sok berprinsip pada satu aliran musik. 

Selamat datang musik yang lebih universal.

Jepang adalah pilihan gue pertama kali setelah lagu-lagu barat standard yang biasa gue denger, dan band pertama yang bikin gue jatuh hati tentu saja L'arc-en-Ciel, dengan alasan cetek gue menemukan lagu ini, yaitu karena mereka pernah bikin sebuah game berjudul "L'arc-en-ciel vs Tommarunner" (tahun 2000) di PlayStation dan gue suka sekali memainkannya.. Ternyata ending dari game tersebut adalah promosi dari salah satu single mereka "Niji", dan ternyata (lagi), lagu ini pun digunakan sebagai soundtrack anime Rurouni Kenshin OVA movie. sebuah kebetulan di atas kebetulan.

Ngga berhenti sampai di situ, banyak sekali musik-musik yang pada akhirnya masuk ke kuping gue bahkan yang orang lain mungkin jarang mendengarkannya. Punk Pop yang sempat jadi "musuh" dalam hari-hari gue versi "Hip-Metal" pun pada akhirnya gue kulik satu per satu. Salah satu hal yang pernah gue lakukan semasa sekolah adalah membuat mix-tape pribadi maupun orang lain (yes, jualan). Itu juga yang membuat gue semakin banyak mendengarkan lagu-lagu yang semula belum pernah gue dengerin. Rekor yang pernah ada di Hard Disk komputer gue adalah 100ribu file lagu dengan berbagai macam aliran, era, dan sumbernya. (sad story: 50% dari lagu-lagu itu terpaksa direlakan menghilang hanya karena komputernya korslet kesamber petir).

Salah satu yang bisa gue banggakan adalah pengetahuan musik yang gue miliki mungkin cukup luas dibandingkan orang-orang di sekitar gue, dan itu diperoleh dari keputusan untuk membuka pintu musik lebar-lebar. Masih ada beberapa orang di sekitar gue yang "terjebak" seperti gue pada masa itu, menghina aliran musik yang tidak sesuai di kupingnya, meremehkan musik yang ngga jelas sumbernya seperti negara-negara non-Amerika. Terus terang gue masih sangat mengapresiasi orang-orang yang berpegang pada "jatidirinya" dalam memilih musik, tapi tidak menghina lainnya, karena gue sadar setiap orang punya pilihan masing-masing dan alasannya untuk tidak mendengarkan musik tertentu.

yuk ditutup,

Boleh dibilang sudah 22 tahun gue bisa menentukan pilihan musik gue (tidak lagi cuma ngikut aja apa yang diputer sama orang lain), hampir 4 tahun di antaranya berusaha memilih 1 aliran musik dalam hidup. Keputusan untuk berhenti melakukan itu merupakan sebuah pilihan yang tepat menurut gue, karena gue menjadi salah satu orang yang "menantang" penggiat musik di seluruh dunia untuk terus berkembang.

Satu hal terakhir yang gue sesalkan dalam hidup adalah, tidak ada satupun alat musik yang gue kuasai.. Cukup frustasi sebetulnya mengingat kecintaan gue terhadap musik yang besar, tapi hanya bisa main gitar dengan kunci 2 jari.. huft.

Janji gue adalah, gue ngga akan berhenti mendengarkan musik dan juga ngga akan berhenti ngobrolin musik dengan siapapun.



0 Comments