Original topic:

Merekam Ingatan Senja di Kali Pepe #MyBestMoment

(Topic created on: 03-02-2021 05:01 PM)
669 Views
bayJoee
Options
Competition
"Ke mana semua air yang mengalir di sungai ini, yang membelah kota Solo menjadi dua bagian, Ni?"

Keluh kesah Ruud, seorang pria berdarah Jawa-Belanda, kepada kawannya, Ni Ngoro, memutar rekaman ingatan saya tentang kota Solo dan Kali Pepe. Kali Pepe merupakan salah satu sungai yang mengepung kota Solo. Dahulunya, sungai ini amat ramai dan airnya mengalir sampai jauh hingga menyatu dengan Bengawan Solo sampai bermuara ke Laut Jawa. Akan tetapi, seiring dengan berkembang dan perubahan zaman, Kali Pepe pun ikut terdampak akan hal itu. Ia tidak seramai dahulu pun airnya terkadang mengering tak bersisa.

Perubahan zaman dan apa yang terjadi dengan Kali Pepe senada dengan pemikiran Ni Ngoro. Zaman telah berubah. Apabila sebuah kota tidak berbenah, ia akan hilang ditelan oleh zaman itu sendiri. Ruud, tidak menampik perkataan dari kawannya itu. Akan tetapi, bagi Ruud, ada sesuatu yang hilang dari kota Solo. Sesuatu yang bak goresan tinta emas pada situasi alamiah yang tergulir masuk dalam batinnya. Sebuah situasi yang bisa membangkitkan perasaan yang sangat menyentuh hati.

image
Samsung J6, foto disunting menggunakan Lightroom dan Photoshop.

Langit yang menggantung di atas kota Solo agaknya sedang dilema. Sesekali awan mendung datang, tetapi sesaat kemudian matahari muncul begitu cerah. Menuju petang, langit kota Solo dihiasi teriknya matahari sore. Entah, tetiba saja, saya ingin menghabiskan sore di tepi sungai yang membelah kota Solo menjadi dua ini.

Sekitar pukul empat sore, saya memacu sepeda motor menuju bantaran Kali Pepe yang kini sudah ditata rapi. Selama perjalanan menuju taman di tepi Kali Pepe, ingatan saya merekam perkembangan kota Solo. Entahlah, boleh jadi karena memiliki kepribadian melankolis, saya lebih suka memperhatikan sesuatu, terlebih lagi terhadap hal-hal kecil. Kota yang dahulunya merupakan desa kecil dan berawa ini ternyata sudah jauh berkembang dan berubah. Rawa di kota ini bahkan sudah tidak dapat dijumpai lagi. Zaman berubah dan telah berubah.

Sesaat sebelum sampai di lokasi, saya melintasi terminal Tirtonadi yang juga sudah berubah drastis. Mendadak, saya teringat dengan lagu yang pernah dipopulerkan oleh mendiang Didi Kempot. Lagu yang berjudul sama dengan nama terminal ini, Terminal Tirtonadi. Nuansa sore sesaat berubah sendu seperti dalam lagu Terminal Tirtonadi. Ah, mungkin ini juga karena sisi melankolis dalam diri saya, hehehe.

Setelah melintasi terminal Tirtonadi, jembatan dengan ikon berbentuk keris menjadi penanda batas di tengah kota. Kali Pepe yang semula mengalir berbelok ke arah kota, telah dibendung dan dibuatkan terusan langsung menuju Bengawan Solo. Sungai yang merupakan terusan dari Kali Pepe tersebut kini dikenal dengan nama Kali Anyar.

image
Senja di Kali Pepe, Samsung J6.

image
Bendung Kali Pepe, Samsung J6.

Setelah melintasi jembatan yang berdiri gagah di atas Kali Anyar, saya sampai di lokasi parkir Taman Air Kali Pepe. Tidak perlu menunggu lama, setelah memarkirkan sepeda motor kesayangan, saya langsung menuju taman di tepi Kali Pepe. Tidak terlalu banyak warga yang menikmati sorenya di taman ini. Di masa pandemi seperti ini, situasi taman terbilang tidak seramai saat sebelum pandemi. Ada yang tengah menghabiskan sore dengan berfoto, ada yang menghabiskan sore dengan memancing, dan ada pula yang tengah dimabuk asmara selagi bercengkrama kala sore tiba seakan dunia hanya milik berdua. Aih, tetiba saja ada ruang kosong dalam hati yang bergejolak untuk diisi kembali! Hahaha.

Matahari masih begitu terik meskipun waktu sudah beranjak dari angka lima. Akhir pekan menjelang akhir bulan Februari 2021 ini saya habiskan dengan menikmati senja di tepi Kali Pepe. Sesekali, angin berembus kencang meriak permukaan sungai. Beberapa kali saya termenung. Semilir angin yang membawa ingatan Ruud dan kawannya, Ni Ngoro, menyeruak dalam pikiran saya. Ah, benar ucapanmu, Ruud. Kota ini sudah banyak berubah, tetapi kau juga sedikit keliru. Di tepi sungai ini, saya masih dapat merasakan goresan tinta emas yang kau rindukan dari kota Solo. Jika kau kembali ke kota Solo, cobalah untuk singgah sebentar saja di tepi sungai ini. Barangkali kau akan menemukan goresan tinta emas seperti yang saya rasakan ini.

image
Temaram Senja di Kali Pepe, Samsung J6.

Saat saya tiba di taman ini, saya berjumpa dengan seorang ibu dengan anaknya. Mereka berdua tengah asyik mengabadikan diri dalam suasana senja di tepi sungai. Senja di tepi Kali Pepe memang mempunyai daya tariknya tersendiri. Sama halnya dengan saya yang terbuai dalam lamunan aliran Kali Pepe kala sore mulai padam. Waktu tanpa terasa terus berlalu. Teriknya matahari perlahan mulai menghilang dan temaram malam mulai datang.

Langit kota yang perlahan menjadi gelap menuntun saya untuk kembali pulang. Bagi saya, hari-hari yang saya lalui setiap saat menjadi momen terbaik dalam hidup saya. Seperti saat saya menikmati senja di tepi Kali Pepe yang membelah kota Solo menjadi dua bagian ini. Hari ini akan merekam kenangannya tersendiri. Pun dengan hari esok yang akan memberikan kenangan lainnya. Dan hari yang telah lalu menjadi sebuah kenangan yang dapat diceritakan seperti saat saya menuliskan kisah terbaik dalam balutan senja di tepi sungai ini. Senja di Kali Pepe.
Competition
Terima kasih. 😁🙏🏻
Competition
cakepppp lohh kerennn
Competition
Terima kasih. 😁🙏🏻
jP222
Expert Level 5
Competition
uapikk...photone..uassiikk critane...solo pancen ngangenii...terutama kuliner nyaa...🤭👍👍😊👏👏🔥🔥🔥💪💪👍
Competition
Terima kasih. 😁🙏🏻

Kuliner e marai gawe lemu. 😂😂😂
Competition
ulala sang penulis telah keluar dari peraduannya 😍😍
Competition
Penulis abal-abal. 😆😂
rizkiarnaz
Expert Level 5
Competition
serasa baca cerpen.. keren kakak 👍😍
Competition
Terima kasih. 😁🙏🏻
rizkiarnaz
Expert Level 5
Competition
sama-sama kakak.. good luck ya 🙏👍