- Mark as New
- Bookmark
- Subscribe
- Subscribe to RSS Feed
- Permalink
- Report Inappropriate Content
04-24-2023 05:40 PM in
Galaxy GalleryBongkahan kayu yang keropos dan tak berbentuk membujur sepanjang empat meter di sebuah rumah-rumahan permanen beratap asbes di Punden Domba. Bongkahan kayu yang diduga perahu Joko Tingkir terletak di perbatasan RT 015 dan RT 014, Dukuh Butuh, Desa Karangudi, Kecamatan Ngrampal, Sragen.
Kayu itu diyakini masyarakat setempat berumur ratusan tahun karena kayu itu merupakan sisa perahu atau gethek yang pernah dinaiki Joko Tingkir. Perahu itu didorong sekawanan buaya saat melintas di Bengawan Solo pada awal abad XVIPerahu tersebut ditempatkan di dekat pohon kesambi yang umurnya lebih tua daripada umur gethek tersebut. Lingkungan sekitar pohon kesambi itu disebut Punden Domba.
Di sebelah timur punden itu terdapat sendang tetapi dibuat seperti sumur yang dikenal dengan nama Sendang Klampok karena dulu ada pohon klampok, yakni seperti sejenis jambu air. Kini, pohon klampok itu tiada dan tergantikan dengan pohon beringin.
“Dulu pernah ada banjir karena luapan Bengawan Solo. Perahu itu bisa berjalan sendiri sampai Dukuh Jaten [masih wilayah Karangudi] dan saat menjelang surut, perahu itu kembali lagi ke lokasi .
Cerita itu dibenarkan sesepuh Dukuh Butuh, Mbah Naryo, 74, saat ditemui secara terpisah. Mbah Naryo yang tinggal di RT 014, Butuh, itu pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri peristiwa perahu Jaka Tingkir yang berjalan sendiri saat masih kecil dan masih berbentuk perahu yang panjangnya sampai 15 meter.Dulu ada rantai yang terbuat dari emas dan cadiknya. Sekarang rantai dan cadik itu sudah menghilang menjadi gaib. Cerita dari simbah-simbah dulu, Kiai Karebet [Jaka Tingkir] menaiki perahu itu muter-muter dan akhirnya tiba di dukuh ini bisa menemukan apa yang dibutuhkan sehingga diberi nama Dukuh Butuh. Tempat muter-muter itu jadi Dukuh Nguter,” kata Mbah Naryo.
Mbah Naryo mencatat Dukuh Butuh yang ada di Sragen berkaitan dengan petilasan Jaka Tingkir. Ia mencatat ada empat dukuh dengan nama Butuh, yakni Butuh di Banaran Sambungmacan, Butuh di Wedi, Jenar, Butuh Karangudi Ngrampal, dan Butuh di Gedongan, Plupuh.
Mbah Naryo tak mengetahui asal muasal perahu Jaka Tingkir itu. Ia menduga perahu itu dibuat dari berbagai jenis kayu dan disabda jadi perahu.
Seorang pemerhati sejarah yang tinggal di Dukuh Butuh, Banaran, Sambungmacan, Priyanto, 55, mencatat ada tujuh nama Butuh di wilayah Sragen dan Ngawi yang semuanya berkaitan dengan perjalanan Jaka Tingkir.
Tercatat ada lima Butuh di Sragen, yakni Plupuh, Karangudi Ngrampal, dekat Cemeng Sambungmacan, Jenar, dan Banaran Sambungmacan. Dua nama Butuh lainnya ada di Karanganyar, Ngawi, dan Widodaren.
“Perahu itu dibuat Ki Ageng Banyu Biru yang masih bersaudara dengan Ki Ageng Pengging atau ayahnya Jaka Tingkir. Setelah geger di Keraton Pengging, Jaka Tingkir yang masih timur diungsikan oleh Ki Ageng Tingkir di Dukuh Karebet [Masaran] dan diasuh oleh seorang mbok randa [janda]. Di dukuh itulah, Jaka Tingkir dikenal dengan nama Mas Karebet. Setelah dewasa, Mas Karebet menanyakan ayah dan ibunya. Oleh janda itu diberitahu supaya mencari Ki Ageng Banyu Biru arahnya ke timur laut.
- Mark as New
- Subscribe
- Subscribe to RSS Feed
- Permalink
- Report Inappropriate Content
04-25-2023 10:59 AM in
Galaxy Gallery- Mark as New
- Subscribe
- Subscribe to RSS Feed
- Permalink
- Report Inappropriate Content
04-25-2023 11:05 AM in
Galaxy Gallery