Original topic:

Photo Story: Secuil Kisah Museum Ullen Sentalu

(Topic created on: 05-12-2024 10:25 PM)
2173 Views
Galaxy Gallery
Satu sudut museum Ullen SentaluSatu sudut museum Ullen Sentalu

 

Museum adalah satu dari beberapa lokasi yang memiliki banyak hal menarik untuk menjadi obyek foto. Mulai dari lokasinya, koleksi, hingga interaksi manusia di dalamnya. Itu sebabnya, museum selalu menjadi tempat yang menarik minat untuk saya kunjungi.

Dalam photo story kali ini, tulisan akan menampilkan beberapa momen kunjungan ke Museum Ullen Sentalu yang terletak di lereng Gunung Merapi, tepatnya di Jalan Boyong, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

20240112_094644-Enhanced-SR.jpg

 

Sejak sudah lama saya ingin berkunjung ke museum ini. Sayangnya waktu dan kesempatan belum mengizinkan. Untungnya, pada awal 2024 ini, kesempatan itu tiba. Bersama beberapa rekan, saya ingin menikmati keunikan museum yang memiliki berbagai koleksi yang berhubungan dengan berbagai hal seputar seni, budaya, dan sejarah Jawa ini. Kebetulan, museum ini pada akhir bulan sedang menggelar pameran bertopik seorang warga Jerman yang sempat berkarya di Nusantara pada awal abad 20, Walter Spies namanya.

1 12 januari.jpg

 

Sekitar pukul 11.00 WIB, kami tiba di kawasan museum dari Kota Yogyakarta. Perjalanan santai ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam menggunakan mobil. Perjalanan di hari kerja membuat perjalanan lancar tanpa harus berjibaku dengan kemacetan.

Suasana rindang menyambut kami setelah turun dari mobil. Museum ini memang terletak di lereng Merapi dengan vegetasi yang masih asri dan sangat rimbun, membuat udara terasa segar dan sejuk. Tanpa membuang waktu, kami segera menuju ke loket.

2.jpg

Sebelum naik tangga menuju ke loket, kami sudah disambut berbagai patung bernuansa klasik. Setelah diarahkan oleh petugas keamanan yang ramah, segera kami menuju ke loket.

3.jpg

 

Dan ini dia, tiga tiket yang kami beli. Harganya lumayan, tapi karena topiknya sangat menarik, sepertinya sepadan.

4.jpg

 

Oleh petugas, kami kemudian diarahkan menuju ke ruang tunggu sekaligus ruang pamer untuk pameran tematik kali ini.

5.jpg

Berbagai patung terus menyapa indera penglihatan para pengunjung.

6.jpg

Sambil menunggu rombongan yang lain, kami melihat-lihat berbagai pajangan seputar topik pameran, yakni Walter Spies. Dari informasi yang dipajang, ia adalah pelukis, komposer, koreografer, dan fotografer asal Jerman yang karyanya mendunia. Ia jatuh hati dengan keindahan alam Nusantara yang waktu itu masih dalam masa pemerintahan kolonial Belanda.

Spies tiba di Indonesia pada 1923 dengan kondisi nyaris seadanya dan harus berjuang untuk menyambung hidup. Semula ia tinggal di Bandung, sebelum akhirnya berpindah ke Yogyakarta. Di Kota Budaya inilah karya lukisannya yang perdana lahir, lukisan tentang keindahan alam di lereng Merapi dengan aktivitas penduduknya, berjudul "Kalioerang."

7.jpg

 

8.jpg

 

Atas bantuan P.H.W Sitsen, seorang pegawai administrasi pada pemerintah Hindia Belanda, Spies juga mulai bekerja sebagai pemusik di Yogyakarta. Spies bahkan sempat mendapat kepercayaan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII untuk mendidik dan memimpin para abdi dalem dalam hal musik. Pria berdarah Jerman kelahiran Moskwa ini juga bereksperimen dengan menggabungkan piano dengan gamelan agar bisa dimainkan bersama. Pada akhirnya ia bisa membuat partitur gamelan yang bisa dimainkan dengan piano. Selama di Yogyakarta, Spies menghasilkan cukup banyak karya baik berupa lukisan, maupun musik. Setelah empat tahun menikmati suasana Yogyakarta, Spies kemudian pindah ke Bali pada 1927.

Ketentraman Spies di Nusantara harus terusik ketika Perang Dunia II pecah. Pemerintah Hindia Belanda menawan semua warga berkebangsaan Jerman dan mengusir mereka ke Sri Lanka.

Tawanan diangkut dengan kapal Van Imhoff. Spies bersama 478 tawanan naik kapal ini dari Sibolga, Sumatra Utara. Dalam perjalanan, kapal ini dibom oleh pesawat militer Jepang. Evakuasi pun mulai dilakukan awak kapal, sayangnya hanya 70 tawanan yang selamat. Spies tidak termasuk di dalamnya.

Tanpa terasa, waktu menunggu sudah habis. Pemandu tur pun sudah tiba dan meminta para peserta bersiap.

9.jpg

 

Oh iya, Museum Ullen Sentalu menerapkan aturan yang cukup ketat sehubungan dengan tur. Para peserta dilarang keras mengambil foto koleksi mereka. Hal ini sehubungan dengan perlindungan hak cipta yang dimiliki koleksi tersebut. Untuk itu, saya dan para pengunjung yang lain kemudian fokus mengabadikan keindahan patung dan lokasi yang memiliki corak menarik ini. Saya pun menyiapkan gawai andalan, Samsung Galaxy S20 FE untuk merekam berbagai sudut yang menarik di sini.

10.jpg

 

Tur dimulai dan kami menikmati berbagai penjelasan tentang sejarah Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang disampaikan oleh pemandu yang ramah dan menyenangkan. Tanpa terasa, tur sudah tiba di bagian akhir.

11.jpg

 

12.jpg

13.jpg14.jpg

 

15.jpg

 

Para peserta kemudian diajak beristirahat sejenak di semacam basement. Di sini, peserta disuguhkan kue kering yang diolah ala era Kolonial dan secangkir teh panas.

16.jpg

 

17.jpg

 Hari sudah beranjak siang. Sambil berjalan keluar meninggalkan arena dalam museum, kita menikmati ragam bangunan yang didesain dalam paduan budaya Jawa dan Eropa.

18.jpg

 

19.jpg

 

20.jpg

 

21.jpg

 

22.jpg

 

23.jpg

 

24.jpg

 

25.jpg

 

26.jpg

 

27.jpg

 

28.jpg

 

29.jpg

 

30.jpg

 

31.jpg

 

Akhirnya, saya dan rombongan tiba di bangunan utama tempat masuk tadi. Sebuah pengalaman yang menarik, melihat museum yang menyajikan sejarah, budaya, dan seni Jawa.

 

29 Comments
Galaxy Gallery
Menarik sekali, bacanya harus perlahan. 😎👍
Galaxy Gallery
Tenang, bukan paragraf panjang😁
Galaxy Gallery
Hehe untunglah tidak sepanjang yang saya kira. 🤭
Galaxy Gallery
Tenang, capt😁
Galaxy Gallery
Siyapp, aman. 😎👍
Galaxy Gallery
Mangstab😊
Galaxy Gallery
Lanjutkan, Mas. 😀
Galaxy Gallery
Makasih, mas Bay😁
Galaxy Gallery
Cekeep, terima kasih cerita seru dan gambar epicnya master ☺️