Original topic:

Stars Workshop - Masa Depan Pembuatan Konten: Memanfaatkan Generative AI untuk Konten yang Menarik

(Topic created on: 11-15-2024 08:55 PM)
1073 Views
Others

Pakar komunikasi, Oddie Octaviadi dalam Stars Workshop - Masa Depan Pembuatan Konten: Memanfaatkan Generative AI untuk Konten yang Menarik, Jumat (15/11/2024) sore,Pakar komunikasi, Oddie Octaviadi dalam Stars Workshop - Masa Depan Pembuatan Konten: Memanfaatkan Generative AI untuk Konten yang Menarik, Jumat (15/11/2024) sore,

 

Halo, kawan Members!

Melihat tren saat ini dimana kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) terus bergerak cepat baik dalam hal pengembangan dan penggunaannya, Samsung meresponsnya dengan memberikan fitur Galaxy AI dalam sejumlah lini produknya. Sejak awal tahun 2024, Samsung sudah menggebrak pasar dengan fitur Galaxy AI yang dimulai pada Samsung Galaxy S24 series, kemudian berlanjut ke lini foldablenya dan kini diperluas ke berbagai seri. Tentunya hal ini selain memudahkan penggunanya dalam sejumlah keperluan, juga semakin memfamiliarkan penggunaan AI pada para pengguna gawai.

Ilustrasi AI. Dok PixabayIlustrasi AI. Dok Pixabay

 

Kemudian, Samsung Members baru saja mengadakan lagi workshop untuk membekali para stars dan ambassadornya, lho! Pada Jumat (15/11/2024) sore, Samsung menghadirkan seorang pakar komunikasi, Oddie Octaviadi dalam Stars Workshop - Masa Depan Pembuatan Konten: Memanfaatkan Generative AI untuk Konten yang Menarik. Samsung Members Stars dari berbagai periode turut meramaikan workshop yang digelar secara daring ini. Workshop fokus pada bagaimana kita berkreasi dengan AI, terutama generative AI untuk meningkatkan kualitas konten.

Acara dibuka dengan sambutan dari Head of Community Samsung Electronics, Pak Iskandar Zulkarnaen. Selanjutnya, dimulailah pemaparan tentang AI.

Oddie mengawali sharingnya dengan memperkenalkan apa itu generative AI. "Generative AI adalah sejenis kecerdasan buatan yang dapat menghasilkan konten baru misalnya teks, gambar, atau video, dengan mempelajari pola dari data yang sudah ada. Tidak seperti AI tradisional yang umumnya hanya mengenali pola atau karya yang sudah ada, generative AI dapat menciptakan sesuatu yang sama sekali baru berdasarkan karya-karya yang sudah ada," jelas Oddie.

Secara umum, lanjutnya, ada beberapa model generative AI (model bahasa, gambar, dan video) yakni, model bahasa seperti GPT atau BERT yang membuat konten tertulis, mendampingi proses brainstorming atau tukar pikiran atau bahkan menyimulasikan percakapan. Model ini dilatih dari data teks yang teramat besar, yang memungkinkan model ini untuk menirukan teks layaknya yang ditulis oleh manusia.

"Kemudian ada model gambar, seperti DALL-E atau Midjourney yang menghasilkan gambar dari prompt atau perintah berupa teks. Model ini belajar dengan meniru gaya, suasana, dan bahkan khayalan visual berdasarkan gambar yang dilatihkan," lanjutnya.

Model yang ketiga adalah model video. Model penciptaan video seperti Synthesia dan Pictory menciptakan video dari deskripsi tertulis, seringkali dengan animasi atau pengisi suara. Model seperti ini semakin sering digunakan untuk video penjelasan atau cuplikan konten media sosial.

"Tapi, ada baiknya kita mengenal sejarah generative AI yang sebenarnya sudah jauh sangat lama ada. Generative AI dimulai dengan pengembangan fundamentalnya dalam machine learning pada pertengahan abad ke-20. MOdel bahasa awal seperti ELIZA pada 1960 mendemonstrasikan sekilas tentang AI yang menyimulasikan percakapan. Walaupun kenyataannya waktu itu masih didasarkan pada respons berbasis aturan daripada pemahaman bahasa yang asli," papar Oddie.

Pengembangan generative AI terus berlanjut pada kurun waktu 1980an hingga 1990a dimana pengembangan machine learning berkembang dengan dikembangkannya neural networks yang merupakan sebuah teknologi penting yang akan meletakkan pondasi untuk deep learning dan model generative.

"Terobosan besar terjadi pada tahun 2020 hingga 2022 dengan dikenalkannya GPT-3 dan DALL-E oleh perusahaan OpenAI pada tahun 2020 dan 2021. OpenAI merilis GPT-3 yang meletakkan landasan dasar yang baru dalam pembuatan bahasa yang alami. Hal ini menghasilkan keluwesan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan pemahaman kontekstual pada AI berbasis teks," papar Oddie.

Pada tahun 2022 Stable Diffusion dan Midjourney dikenalkan ke publik. Perilisan Stable Diffusion yang bersifat open-source pada 2022 menghasilkan akses yang demokratis pada pembuatan gambar yang ampuh. Hal ini memicu gelombang inovasi pada industri kreatif dan teknologi. Midjourney juga muncul pada masa ini, menyediakan para kreator dengan sebuah antarmuka pengguna yang mudah digunakan untuk menghasilkan gambar yang berkualitas tinggi dan artistik. Dua platform ini dengan cepat meraih popularitas dan sangat berguna dalam menjadikan generative AI sebagai alat utama para artis, desainer, dan pemasar.

"Perkembangan lebih lanjut terjadi pada tahun 2023 hingga 2024 dimana ada tiga aspek penting yang terjadi. Yang pertama adalah GPT-4 dan Model Multimoda, kemudian Generative AI untuk video, dan peningkatan aksesibilitas melalui platform yang lebih ramah pengguna," kata Oddie.

Ia memaparkan, OpenAI merilis GPT-4 yang memperkenalkan kemampuan multimoda yang memampukan model untuk memahami baik teks maupun gambar dalam konteks. Tahap ini memampukan kreator untuk berinteraksi dengan AI dengan cara yang lebih kaya dan lebih rumit yang memampukannya untuk menganalisa elemen visual atau menggabungkan pembuatan teks dan visual dalam alur kerja yang kohesif.

Berbagai platform baru seperti Runway dan Synthesia telah memajukan bidang pembuatan video yang membuat semakin mudah untuk menciptakan avatar, video, dan animasi yang realistis. Hal ini memampukan konten kreator untuk membuat video penjelasan, iklan, dan penceritaan visual dengan sumber minimal.

Kemajuan terkini ini juga berfokus pada aksesibilitas, dengan antarmuka yang intuitif, integrasi dengan perangkat lunak yang populer, dan berbagai pilihan yang lebih murah.

Ilustrasi kerjasama AI dan manusia. Dok PixabayIlustrasi kerjasama AI dan manusia. Dok Pixabay

 

"Platform seperti Canva dan Adobe telah mengintegrasikan fitur generative AI untuk pembuatan teks dan gambar, yang membuat perangkat AI lebih mudah diakses untuk pengguna non teknis dan kreator kecil," jelasnya.

Saat ini, ada beberapa platform generative AI yang cukup terkenal, kata Oddie. Dalam hal pembuatan teks, yang sangat terkenal antara lain ChatGPT, Jasper, dan Writesonic. Sementara untuk pembuatan gambar antara lain Midjourney, DALL-E, dan Stable Diffusion.

"Untuk video, yang cukup terkenal antara lain RunwayML yang dikenal dengan kemampuan pembuatan dan penyuntingan video. Kemudian Pictory yang mengubah teks menjadi video, dan Synthesia yang berspesialisasi dengan pembuatan avatar dan pengisi suara," paparnya.

Selain yang sudah populer, ada pula platform yang mulai meraih perhatian publik. Oddie mengungkapkan, ada beberapa pendatang baru yang sukses menyita perhatian.

"Minimax/Hailuo yang berasal dari China. Lalu ada Kling yang menyediakan konten hyper-personalized. Dan Microsoft Designer yang mudah dan gratis," kata dia.

Dengan banyaknya pilihan platform, Oddie pun memberikan beberapa tips untuk memilih platform yang sesuai. Yang pertama adalah pertimbangan biaya dan aksesibilitas.

"Setiap platform memiliki model pembayaran yang berbeda, jadi sangatlah penting untuk memilih yang sesuai dengan budget. Coba gratis atau entry level tiers membuat kreator bisa mencoba berbagai tools sebelum benar-benar memakainya," kata Oddie.

Berikutnya adalah evaluasi penggunaan dan fitur. Platform seperti Microsoft Designer sangatlah mudah untuk pemula sementara Stable Diffusion mungkin menuntut penyiapan teknis tapi memiliki pilihan yang lebih luas.

"Yang tidak kalah penting adalah lisensi akses dan kepemilikan konten. Untuk kreator profesional, sangatlah krusial untuk memahami siapa yang memiliki konten yang dihasilkan setiap platform. Sebab, aturan kepemilikan sangat bervariasi," ungkapnya.

Oddie pun memberikan tips untuk memilih platform yakni ketika memilih sebuah platform, pertimbangkan faktor seperti biaya, penggunaan, kepemilikan, dan jenis konten yang ingin dibuat. Sebagai contoh, untuk konten berbasis teks, ChatGPT sangat berguna dan hemat. Sementara untuk video, Synthesia mungkin saja ideal untuk konten penjelasan.

"Sementara untuk para pengguna Samsung, ada banyak pilihan. Yang sudah ada dalam perangkat Samsung tentunya Galaxy AI. Ada pula berbagai pilihan dalam Samsung Galaxy Store dan Google Play," paparnya.

Selain penjelasan dan berbagi tips, Oddie juga memberikan contoh praktis penggunaan AI. Menurutnya, generative AI dapat menjadi sebuah alat yang ampuh dalam pembuatan konten, namun untuk memaksimalkan potensinya memerlukan sebuah pendekatan yang bijaksana. Iapun memberikan contoh praktis pembuatan prompts yang efektif, menggunakan AI secara etis, dan mempermudah pembuatan konten.

"Untuk berkomunikasi dengan AI tentunya memerlukan prompt. Sangatlah penting untuk membuat prompt yang jelas. Prompt yang spesifik akan memandu AI untuk membuat hasil yang lebih relevan dan kreatif," katanya.

Oddie mencontohkan, daripada menuliskan prompt yang kurang jelas seperti "tuliskan tentang marketing media sosial," gunakan prompt yang lebih detil seperti, "Tuliskan paragraf pembuka sebuah blog sepanjang 200 kata tentang bagaimana bisnis kecil dapat menggunakan Instagram untuk membangun kesadaran merek."

Yang tidak kalah penting berikutnya adalah etika dan otentisitas. Dalam hal ini memastikan keberagaman dan inklusi. Sebab, model AI mungkin saja mencerminkan bias dari data yang dilatihkan padanya. Sebagai contoh, jika membuat gambar "pekerja kantoran," AI mungkin akan menunjukkan hasil yang mengarah pada demografis tertentu. Mendorong keberagaman dengan memperinci prompt yang inklusif, misalnya "Buat sebuah tim pekerja kantoran yang beragam yang berkolaborasi dalam sebuah lingkungan perkantoran."

Berikutnya, pengguna harus menggunakan AI dengan bertanggung jawab pada topik yang sensitif. Misalnya ketika membuat konten di seputar topik sensitif seperti kesehatan, politik, dan masalah sosial, pengguna harus memverifikasi informasi dengan sumber yang kredibel. "AI tidak selalu akurat dan mungkin tidak sengaja membuat konten yang menyesatkan dan bias," katanya.

Kemudian, untuk membuat konten dengan lebih efisien, AI sebaiknya diintegrasikan dengan alur kerja pribadi. "Generative AI dapat mempercepat tukar pikiran dan penulisan draft namun sebaiknya digunakan sebagai pelengkap untuk strategi dan kreativitas manusia," ungkapnya.

Oddie membuat contoh, bagi para kreator dengan konten video, AI dapat membantu dalam menulis draft skenario atau storyboards. "Yang terpenting tentunya adalah tetap mempertahankan sentuhan manusia. AI mungkin dapat mempercepat proses, menambahkan sentuhan personal dapat menambahkan otentisitas. Contohnya, dalam sebuah presentasi pada klien atau bagian 'tentang kami' pada sebuah perusahaan, lakukan personalisasi pada konten yang dibuat AI dengan menambahkan pengalaman nyata, testimoni, atau nilai-nilai," tegasnya.

Selain memaparkan, Oddie juga mendemonstrasikan berbagai prompt dan hasilnya. Selanjutnya, ia juga menampilkan sebuah film pendek sepanjang sekitar dua menit yang seluruhnya dibuat dengan AI. Workshop ditutup dengan sesi tanya jawab dimana para peserta dapat bertanya lebih lanjut tentang bagaimana memanfaatkan AI.

18 Comments
Others
❤❤
0 Likes
Others
Sudah baca, mas?😮
Others
😂😂😂
Others
😜
0 Likes
Others
Mantab emang Workshop hari ini... saya ngikutin walau sambil bawa kendaraan 😂
Others
Wahaha, bang A akrobat dong? 😂
Others
Ampunnn gak gtu juga wkwkwkkw 😂
0 Likes
Others
Hehehe, multitasking yak?😂
Rudy_Noor68
Active Level 10
Others
Waduh😮
0 Likes