Original topic:

Tips Agar Foto Diterima oleh Shutterstock

(Topic created on: 11-07-2021 06:52 PM)
39638 Views
bayJoee
Options
Photography
Kiwari, salah satu nilai jual pada sebuah ponsel pintar adalah kamera. Kamera sudah menjadi suatu kebutuhan tersendiri bagi konsumen baik itu sekadar digunakan untuk mengabadikan momen atau digunakan sebagai pemuas hobi fotografi. Fotografi berbasis ponsel pintar pun kian merebak. Kamera ponsel pintar kini tidak lagi dipandang sebelah mata. Foto yang dihasilkan juga tidak kalah bagus meski ada batasan yang tidak dapat dilampaui apabila dibanding dengan kamera profesional.

Selama ini, boleh jadi Members hanya membagikan foto yang diambil ke media sosial pun Galeri Samsung Members. Lalu, saat melihat hasil jepretan dari gawai yang Members miliki, apakah terlintas untuk menjual foto tersebut? Jika sama seperti saya, terlintas untuk menjualnya, maka Members dapat melirik platform-platform jual-beli foto. Salah satunya adalah Shutterstock. Meski hanya berbekal kamera ponsel pintar, selama foto yang diabadikan memenuhi syarat, maka foto bisa diterima oleh Shutterstock.

Saya baru saja memulai mengirimkan foto ke Shuttestock. Hingga saat ini saya sudah mengirim foto sebanyak 72 buah. Dari 72 foto tersebut, hanya 13 foto yang diterima dan sisanya, 59 foto, ditolak karena berbagai faktor. Dan pada utas kali ini saya akan membagikan tips dan contoh kasus dari foto yang gagal diterima supaya foto yang Members abadikan dapat diterima oleh Shutterstock.

***

Ketika hendak mengirim foto ke Shutterstock, hal pertama yang harus dipastikan adalah ukuran foto. Foto yang dikirim setidaknya memiliki ukuran 4 Mega Pixel (MP). Mega Pixel di sini bukan mengenai resolusi kamera, melainkan tentang ukuran gambar. Lalu, bagaimana cara mengetahui ukuran foto tersebut? Hal ini cukup mudah. Members hanya perlu menilik keterangan foto di Galeri. Untuk memperjelas hal ini, Members dapat melihat foto di bawah ini:

image

Foto di atas memiliki ukuran 3564x2029. Guna mengetahui apakah ukuran tersebut setidaknya sebesar 4 Mega Pixels adalah dengan mengalikan antara "panjang" dan "lebar" foto. Dalam foto di atas memiliki "panjang" sebesar 3564 dan "lebar" sebesar 2029, sehingga foto di atas memiliki ukuran 7.231.346 atau setara 7,23 MP. Ukuran ini telah memenuhi syarat pertama agar diterima oleh pihak Shutterstock yaitu 4 Mega Pixel.

Sebelum melanjutkan pada contoh kasus terhadap foto-foto saya yang ditolak, ada beberapa tips yang sebaiknya diperhatikan. Tips ini sebenarnya sudah dimuat di situs Shutterstock. Dalam utas ini, saya akan meringkas tips yang disarankan oleh pihak Shutterstock tersebut.

1. Buka Foto di Komputer atau Laptop
Foto yang hendak dikirim sebaiknya dilihat melalui komputer atau laptop terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk melihat foto secara penuh. Jika tidak ada komputer atau laptop, hal ini dapat diakali dengan melihat foto secara saksama dalam kondisi diperbesar (zoom) di gawai yang dimiliki. Tindakan ini digunakan untuk mencari hal-hal yang sekiranya akan membuat foto ditolak.

2. Fokus
Fokus adalah kunci dasar saat kita mengirim foto ke Shutterstock. Objek foto yang tidak fokus akan ditolak. Selain itu, ketajaman fokus juga perlu diperhatikan. Oleh karena itu, melihat foto pada ukuran penuh seperti poin pertama tadi sangat disarankan.

3. Noise
Selain fokus, yang menjadi penilaian foto di Shutterstock adalah Noise. Foto yang memiliki Noise parah akan sulit diterima. Noise biasanya terjadi jika kita menggunakan ISO terlalu tinggi. Salah satu caranya yang dapat digunakan untuk mengurangi Nosie adalah dengan menggunakan ISO rendah. Yang Members perlu tahu adalah ada tiga jenis Noise yang menjadi pertimbangan di Shutterstock. Ketiga jenis Noise tersebut yaitu Chrominance Noise, Luminance Noise, dan Sharpening Noise. Chrominance Noise merupakan noise yang berupa bintik berwarna. Noise ini biasa terjadi di area pojok frame. Luminance Noise merupakan noise yang berupa bintik akibat dari kekurangan cahaya. Noise jenis ini yang sangat berdampak pada sebuah foto. Sharpening Noise merupakan noise yang timbul akibat penggunaan fitur penajaman secara berlebihan.

4. Adanya JPEG Compression Artifacts
Saat sebuah foto disimpan dalam format JPEG, maka foto tersebut mengalami kompresi dan salah satu efek kompresi tersebut adalah adanya artifak pada foto. Hal ini dapat dihindari apabila foto diambil dalam format RAW. Akan tetapi, sebatas memakai ponsel pintar, dukungan terhadap format RAW tidak banyak ditemukan. Foto biasanya langsung diolah menjadi JPEG. Solusi untuk hal ini agar tricky, tapi penggunaan aplikasi penyuntingan foto saya sarankan. Lalu, bagaimana Compression Artifacts itu? Saya mengambil contoh dari sampel foto yang dicontohkan Shutterstock mengenai hal ini. Contoh mengenai hal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

image

Foto yang berada di bawah terdapat Compression Artifacts. Hal ini tampak pada area kabut yang terlihat patah dan tidak mulus.

5. Menggunakan Pengurangan Noise dan Penajaman Secara Berlebihan
Pengurangan Noise merupakan jalan pintas ketika foto yang kita ambil memilik banyak noise. Akan tetapi, apabila Pengurangan Noise digunakan secara berlebihan, hal ini membuat foto yang kita kirim ditolak oleh pihak Shutterstock. Pun ketika menggunakan Penajaman atau tingkat kejernihan. Baik Pengurangan Noise dan Penajaman, kedua fitur tersebut dapat dijumpai di aplikasi penyuntingan foto. Salah satunya Lightroom.

6. Chromatic Aberration
Apa itu Chromatic Aberration? Chromatic Aberration merupakan efek optik yang timbul dari sebuah lensa. Efek ini terjadi karena lensa kamera tidak mampu mengarahkan seluruh gelombang warna ke titik fokus yang sama. Efek ini terlihat saat ada sebuah kontras cahaya. Sebagai contohnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

image

image

Foto pohon di atas apabila diperbesar pada bagian antara langit dan ranting terdapat garis yang memisahkan kedua objek tersebut. Hal ini yang disebut Chromatic Aberration.

7. Lensa dan/atau Sensor Kamera Kotor
Ketika sensor maupun lensa kamera kotor, hal ini akan berimbas pada foto yang dihasilkan. Foto memiliki bercak yang boleh jadi mengganggu. Jika bercak tersebut berada di tepi, maka dapat diatasi dengan memangkas foto. Akan tetapi, jika bercak tersebut berada di tengah, maka akan sangat mengganggu dan hal ini membuat foto kita ditolak.

8. Penyuntingan yang Tidak Mumpuni
Saat melakukan penyuntingan foto, yang perlu diperhatikan adalah hasil akhirnya tidak merusak foto itu sendiri. Pun ketika saat menggunakan fitur penghapusan objek untuk membuang objek yang tidak perlu, harus dilakukan dengan hati-hati agar foto masih tampak natural.

9. Judul dan Kata Kunci Tidak Relevan
Dalam Shutterstock, judul dan kata kunci juga menjadi penting. Judul dan kata kunci yang tidak sesuai dengan foto akan ditolak. Saya pernah mengalami hal ini. Untuk pembahasan lebih lanjutnya akan saya jelaskan pada bagian contoh kasus. Judul yang diterima oleh Shutterstock adalah judul yang menggunakan bahasa Inggris.

10. Adanya Tanda Air, Keterangan Waktu, dan Tanda Tangan
Foto yang hendak dikirim ke Shutterstock harus bersih dari tanda air (watermarks), keterangan waktu, tanda tangan, dan hal-hal yang serupa. Apabila Members menggunakan tanda air dan sejenisnya, maka saat hendak mengirim foto ke Shutterstock jangan lupa untuk menghilangkan hal tersebut agar foto tidak ditolak.

11. Tidak Menyertakan Model Release
Saat foto yang kita ambil terdapat objek berupa orang dan terlihat jelas pada bagian wajahnya, maka kita wajib menyertakan Model Release supaya foto diterima. Jika tidak, foto sudah pasti ditolak. Lalu, apa itu Model Release? Saya akan membahas ini pada utas selanjutnya bersamaan dengan Property Release dan Editorial.

12. Penggunaan Bahasa yang Tidak Didukung
Dalam sebuah Release, penggunaan bahasa merupakan hal penting. Shutterstock akan menerima penggunaan bahasa asing jika Release tersebut berasal dari sebuah agensi.

13. Tag yang Tidak Tepat
Pemilihan Tag, juga harus diperhatikan. Tag yang tidak sesuai dengan berkas yang diunggah sudah pasti ditolak.

14. Caption yang Tidak Sesuai saat Menggunakan Konten Editorial
Salah satu cara agar foto diterima adalah menggunakan konten editorial. Di Shutterstock, foto yang dikirim harus bersih dari logo, ikon, tulisan, merek, dsb., jika akan digunakan sebagai foto komersial. Lalu, bagaimana jika foto yang kita ambil tidak memungkinkan akan hal ini? Solusinya adalah memasukkannya sebagai konten editorial. Apa itu konten editorial? Singkatnya foto yang kita ambil diberikan caption seperti yang ada di koran. Caption pada foto harus memuat lokasi, tanggal kejadian, dan keterangan dari 5W+1H. Foto-foto dari sebuah acara/event dapat dimasukkan sebagai konten editorial supaya dapat diterima. Contoh dari konten editorial dapat dilihat di bawah ini. Foto yang saya gunakan berasal dari Shutterstock.

image

Foto di atas merupakan contoh foto yang masuk dalam konten Editorial. Di dalam foto tersebut terdapat tulisan nama pelabuhan dan sebuah tulisan lainnya. Oleh karena itu, agar foto dapat diterima, maka foto dimasukkan dalam konten Editorial. Untuk deskripsi foto, harus menggunakan format Editorial. Contohnya seperti ini:DROGHEDA, IRELAND – March 11, 2014: A view of buildings along the River Boyne early in the morning in Drogheda, Ireland on March 11, 2014.

Masih ada tips lainnya, akan tetapi hal itu berkenaan dengan konten yang berupa ilustrasi. Untuk konten foto, hal-hal di atas yang sebaiknya diperhatikan saat mengirimkan foto ke Shutterstock.

Contoh Kasus
Seperti yang sudah saya utarakan di atas, dalam utas ini saya akan membagikan contoh dari foto-foto yang ditolak oleh Shuttertstock. Hingga saat ini, saya telah mengirim 72 foto dan yang berhasil diterima hanya 13 foto saja. Berikut saya sematkan beberapa contoh kasus foto yang ditolak.

Contoh Kasus 1

image

Foto di atas merupakan foto yang saya ambil menggunakan gawai Samsung Galaxy J6. Foto tersebut telah melalui proses penyuntingan foto menggunakan Lightroom. Foto bunga tersebut tidak lolos kurasi karena objek foto dianggap tidak fokus. Dalam keterangan yang diberikan oleh pihak Shutterstock disebutkan bahwa objek utama tidak fokus atau tidak dalam kondisi fokus karena kamera goyang, blur, berlebihan saat menggunakan Pengurangan Noise, atau karena keterbatasan kamera dalam mengolah gambar.

Dari 59 foto saya yang ditolak, sebagian besar karena masalah fokus pada objek utama. Yang saya kira sudah cukup fokus ternyata bagi Shutterstock masih kurang. Oleh karena itu, memastikan kefokusan objek utama foto adalah langkah pertama. Berikut saya sertakan beberapa foto yang ditolak karena masalah fokus pada objek utama.

image

image

image

image

Contoh Kasus 2
Kasus kedua yang saya alami adalah perkara keterangan pada foto. Seperti pada tips di atas foto dan deskripsi harus sesuai. Pun dalam deskripsi, tidak diperkenankan menggunakan karakter khusus, kesalahan tata bahasa Inggris, dan penggunaan sebuah frasa.

image

image

Foto di atas ditolak karena kesalahan dalam keterangan. Lalu, saya mencoba kembali mengajukan foto tersebut dan hasilnya foto kembali ditolak. Hahaha. Kali ini ditolak bukan karena deskripsi yang salah, melainkan masalah fokus dan komposisi. Yang dipermasalahkan dalam foto tersebut adalah perkara framing, garis horizon yang tidak lurus, dan/atau adanya elemen yang mengganggu objek utama.

Contoh Kasus 3
Kasus ketiga yang saya alami adalah penolakan karena penggunaan efek Grain. Grain dalam foto sejatinya dapat membuat foto seperti sebuah film. Akan tetapi, hal ini menjadi bumerang saat dikirim ke Shutterstock.

image

image

Foto sepeda di atas ditolak karena saya menambahkan Grain. Lalu, saya menyunting kembali foto asli dari foto di atas lantas saya kirim kembali. Hasilnya, kembali ditolak. Hehehe. Seperti pada Contoh Kasus 2, penolakan yang kedua dikarenakan objek pada foto dianggap tidak fokus.

Contoh Kasus 4
Foto yang ditolak selanjutnya disebabkan foto memiliki Compressian Artifacts. Seperti yang telah dijelaskan di atas, artifak ini terjadi karena foto diolah dan disimpan dalam format JPEG. Jika gawai Members mampu mengambil foto dalam format RAW, maka sangat dianjurkan menggunakan format tersebut agar proses penyuntingan lebih mudah dan mengurangi resiko artifak saat mengekspor foto sebagai JPEG.

image

Contoh Kasus 5
Contoh selanjutnya yang mengalami penolakan disebabkan saya tidak menyertakan Property Release.

image

Foto di atas jika diamati terdapat sebuah tulisan yang cukup terlihat. Sehubungan saya tidak menyertakan Property Release, maka foto tersebut ditolak. Saya juga tidak mengirim kembali foto tersebut karena selain tidak adanya Property Release, foto saya dianggap tidak fokus dan adanya Noise/Film Grain.

Contoh Kasus 6
Foto yang diterima Shutterstock tidak terbatas pada foto-foto mainstream semata, tetapi juga foto yang bertema abstrak. Salah satu foto abstrak yang saya ambil dan diterima oleh Shuterstock adalah sebuah foto bokeh dari pendar cahaya. Saya mengirimkan dua foto yang bertema abstrak tersebut. Namun, hanya satu foto saja yang diterima. Foto yang ditolak disebabkan karena adanya kesalahan eksposur. Dalam keterangannya, foto abstrak tersebut disebutkan antara underexposed, overexposed, atau inconsistently exposed.

image
Ditolak.

image

Contoh Kasus 7
Contoh kasus terakhir dari saya dalam utas ini adalah perkara penyuntingan. Dalam menyunting sebuah foto sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan teliti agar foto tidak rusak. Foto jembatan dalam konsep minimalis ini dianggap “rusak” oleh pihak Shutterstock.

image

Dalam keterangan yang diberikan, foto di atas mengalami masalah kualitas yang diakibatkan karena teknik penyuntingan yang dilakukan. Saya masih meraba-raba mengenai hal ini. Jadi, jika ada perkembangan akan saya kabarkan di utas selanjutnya.

***

Meski hanya berbekal kamera ponsel pintar, hal ini tidak menjadi penghalang sebuah foto untuk diterima di situs jual beli foto seperti Shutterstock. Selama kita mampu memaksimalkan gawai yang dimiliki, bukan hal yang mustahil. Pun gawai yang dimiliki tidak harus kategori flagship. Foto-foto saya yang berhasil lolos diambil menggunakan Samsung Galaxy M32 dan Samsung Galaxy J6. Tidak ada yang mustahil selama kita mau mencoba. Semangat dan selamat mencoba.

Sekian dan terima kasih.
Selamat berkreasi dan berkreativitas. Maksimalkan gawai yang dimiliki.

Catatan Tambahan:
1. Jangan pernah takut bermain warna dan terpaku terhadap sebuah preset. Ciptakan warna dan preset-mu sendiri.

2. Jangan malu dengan hasil fotomu sendiri. Semakin terbiasa memotret akan dapat menemukan rasa yang tepat sesuai dengan karakter masing-masing.

3. Sebagai langkah awal, sebaiknya foto yang dikirim bebas dari unsur-unsur yang mengharuskan adanya sebuah Release.

4. Jangan menyerah saat foto yang dikirim ditolak. Semangat!

5. Apabila penasaran dengan foto-foto saya yang diterima, Members dapat melihatnya pada tautan berikut: https://www.shutterstock.com/id/g/bajoesaputra

6. Berikut saya sematkan juga foto-foto lain yang ditolak oleh Shutterstock:

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image


108 Comments
Photography
KIWARI DAN KUWARI ARTINYA "SEKARANG" . BERASAL DARI BAHASA SUNDA. Kata lainnya adalah : ayeuna. Terimakasih. Wkwkwk
0 Likes
Photography
😁👍🏻
0 Likes
Gushari
Expert Level 5
Photography
Ulasan yang sangat membantu & membina tentunya bermanfaat sekali,

Terima kasih banyak kak bayJoee 🙏👍
Photography
Sama-sama. Semoga bermanfaat. 😁🙏🏻
0 Likes
Photography
Mantep pisan sharingnya bang..sehat terus dan selalu semangat berkarya ya 😁
Photography
Terima kasih. Semoga bermanfaat. 😁 🙏🏻

😇 😁 👍🏻
0 Likes
Muxsky
Beginner Level 2
Photography
Spill incomenya dong bang, kalo boleh :)
0 Likes
Photography
Wah, berat ini. 😅😆
0 Likes
nia125
Beginner Level 3
Photography
Terimakasih infonya sangat bermanfat, sukses selalu
0 Likes
Photography
Sama-sama. 😀👍🏻
0 Likes