Setelah sempat memakai Galaxy S7 Edge, saya akhirnya memutuskan untuk mencari perangkat baru yang bisa dipakai lebih lama. Waktu itu pilihan saya mengerucut antara Galaxy S8 atau Galaxy Note FE. Dari sisi desain, S8 jelas lebih futuristik dengan layar Infinity Display, tapi saya akhirnya menjatuhkan pilihan ke Galaxy Note FE. Alasannya sederhana: saya ingin merasakan S Pen, harganya lebih bersahabat (sekitar Rp7,499 juta saat itu), dan paket pembeliannya sudah bundling dengan wireless charger. Ditambah lagi, Note FE ini bisa dibilang satu-satunya seri Fan Edition yang benar-benar setara dengan flagship, karena spesifikasinya identik dengan Galaxy Note 7.
Menurut saya warna Coral Blue paling indah yang pernah dibuat Samsung. Pantulan cahaya pada bodi kaca, berpadu dengan layar hitam 16:9, membuat tampilannya begitu elegan dan menawan. Saat melihatnya, rasanya seperti memegang sebuah perangkat yang berbeda kelas.
Dari segi penggunaan, S Pen menjadi fitur paling khas. Dengan S Pen saya bisa mencatat cepat, menggambar, hingga sekadar menulis di layar off screen. Sayangnya ada insiden kecil, suatu malam saat tidur, S Pen tertindih dan patah. Saat bangun saya cukup kaget, tapi akhirnya saya lem dengan Alteco, dan anehnya hasilnya kuat serta tetap berfungsi normal. Pengalaman ini membuat saya tidak bisa melupakan.
Selain itu, wireless charging bundling juga memberikan pengalaman baru. Saat pertama kali mencoba, saya terkejut karena kecepatannya cukup impresif: hanya butuh sekitar 1½ jam hingga penuh, beda tipis dengan adaptor fast charging bawaan (hanya 10–15 menit lebih lambat). Dari situ saya mulai terbiasa meletakkan ponsel di dock, lebih praktis dibanding harus colok kabel.
Dari segi performa, Note FE masih sangat bertenaga dengan Exynos 8890, RAM 4 GB, dan storage 64 GB. Multitasking lancar, game berjalan mulus. Justru lewat Note FE inilah saya mulai masuk ke dunia mobile gaming: di tahun 2018 saya pertama kali main Mobile Legends, lalu di tahun 2019 berlanjut ke PUBG Mobile.
Ada juga momen ekstrem yang membuat Note FE semakin berkesan. Suatu kali saya sengaja membawanya ke kali dan merekam video sambil terendam air. Hasilnya? Tetap aman. Padahal beberapa bulan sebelumnya, ponsel ini sempat terjatuh di karpet dan backdoor kaca langsung retak cukup parah. Karena waktu itu (2018) di kota saya belum ada Samsung Service Center, akhirnya saya menutup retakan itu dengan skotlet seadanya. Walau penampilannya tidak lagi sempurna, performanya tetap tangguh.
Secara keseluruhan, saya memakai Galaxy Note FE selama kurang lebih 3 tahun. Dari desain Coral Blue yang elegan, pengalaman pertama dengan wireless charging, ketangguhan meski sempat jatuh, hingga awal mula bermain game mobile semuanya menjadikan Note FE sebagai salah satu smartphone paling berkesan yang pernah saya miliki.
Bisa dibilang, Galaxy Note FE adalah ponsel terlama pertama saya bersama Samsung. Bukan sekadar ponsel, tapi perangkat yang memperkenalkan banyak pengalaman baru, dan membuktikan bahwa meskipun menyandang nama Fan Edition, rasa yang saya dapat benar-benar flagship.
Wah, postingan yang keren, Master Chan. Pake S-Pen emang pengalaman yang beda banget, kayak komputer tanpa *mouse* gitu Menurutku. Fitur-fiturnya kayak Air View sama Preview juga ngebantu banget. FYI, di Samsung S4, Air View masih bisa pake telunjuk jari lohh.👌
