primandaetsa
Active Level 1
Options
- Mark as New
- Bookmark
- Subscribe
- Subscribe to RSS Feed
- Permalink
- Report Inappropriate Content
04-11-2025 10:55 PM (Last edited 04-12-2025 12:50 AM ) in
OthersJembatan Mahakam dan Kesibukannya
Satu Tahun
Berjalan-jalan di Teras Samarinda
Satu Tahun. Hampir setahun saya belum menginjakkan kaki lagi di kampung. Terakhir kali saya pulang tidak lain saat Idulfitri 1445 Hijriah atau tepatnya tahun lalu. Bukan waktu yang terlalu lama memang, tapi sangat cukup untuk memupuk rindu kepada kampung halaman di Kota Satria. Rindu dengan keluarga di rumah, suasana di kampung, teman-teman yang telah lama tidak berjumpa, serta berbagai macam kenangan yang ada di kota.
Ibadah sebagai pilar agama
Hari telah silih berganti. Ramadan pun hampir usai. Bersamaan dengan orang-orang yang bersiap mengamati hilal datangnya Syawal, saya pun bersiap juga dengan datangnya hilal mudik pada tahun ini. Kurang lebih 14 hari saya pulang ke rumah. Selama itu pula saya akan kembali merajut setiap kenangan yang telah terjalin, serta mengikatkan benang memori baru.
Dan, perjalanan Samarinda–Purwokerto dimulai.
Samarinda–Purwokerto
Antre bagasi di Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan
Waktu subuh saya sudah bersiap dengan ransel dan koper sebagai teman perjalanan kali ini. Ada beberapa fase yang akan saya jajaki: mengendarai travel dari Samarinda ke Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan, terbang menuju Bandara Internasional Yogyakarta, lalu berjalan bersama sepur dari Stasiun Tugu menuju Stasiun Purwokerto.
Sugeng rawuh ing Bandara Internasional Yogyakarta
Ketika keretaku tiba
Tampak jauh di sana
Bagai sumber kemakmuran
Tirta kencana
Sambutan merdu nan hangat bagi setiap orang yang singgah di Kota Satria
Tidak terlalu panjang, tapi memang cukup memakan waktu. Mungkin kurang lebih sekitar 13 hingga 14 jam perjalanan yang harus saya tempuh hingga pintu rumah terbuka. Namun, bagi beberapa orang mereka justru sangat menikmati setiap langkah dalam perjalanan yang mereka tempuh—termasuk saya. Banyak hal yang bisa saya lihat dan rasakan dalam setiap langkah menuju rumah. Orang dengan kesibukan mereka selalu terlihat menarik bagi saya.
Menuju gate
Porter menunggu penumpang
Taqabbalallahu minna wa minkum
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar
La ilaha illallahu wallahu akbar
Allahu akbar wa lillahil hamdu
Kutbah Idulfitri
Gema takbir menggema sebagai penanda 1 Syawal yang telah tiba. Orang-orang bertakbiran di masjid, ada juga yang sedang memasak opor, menyiapkan perlengkapan ibadah untuk Salat Idulfitri, serta sebagian lainnya menyiapkan kue-kue lebaran untuk esok hari. Pengumuman akan pelaksanaan Salat Idulfitri di lapangan desa pun telah disiarkan saat sore tadi dengan kendaraan dan pengeras suara yang telah melintasi setiap sudut jalan di desa.
Saya selalu menunggu momen ini. Momen ketika Salat Idulfitri di lapangan desa. Namanya Lapangan Bumi Kencana. Lapangan desa akan penuh dengan orang-orang yang hendak beribadah dan mendengarkan kutbah hari raya. Anak-anak juga bergembira karena banyak penjual yang menarik hati mereka. Momen yang hampir selalu sama dari dulu hingga saat ini. Momen yang selalu membekas dalam ingatan dan hati.
Suasana di kampung
Berkumpul dengan keluarga besar juga sudah menjadi hal yang pasti dilakukan setelah Salat Idulfitri. Kami bersua di rumah mbah, saling bertanya kabar, dan menanyakan perjalanan yang ditempuh saat mudik. Makin bertambah tahun, makin banyak pula anggota keluarga besar kami. Keramaian saat ini menjadi hal yang sangat ditunggu oleh semuanya sebab tidak setiap saat hal ini dapat terjadi.
Berjumpa dengan Sahabat
Tidak lupa, saya akan mencoba menyempatkan bertemu dengan teman-teman. Katanya, “Manusia yang wajar mesti punya sahabat, persahabatan tanpa pamrih”. Dan, inilah kami. Pertemuan yang selalu diagendakan pada setiap tahunnya. Mencoba hal yang baru di kota bersama-sama. Apalagi, Purwokerto yang sekarang sudah sangat berbeda dengan Purwokerto saat dulu. Banyak sekali hal baru yang datang silih berganti.
Lari, Lari, Lari
Satu hal lain yang saya sangat tunggu-tunggu adalah kesempatan berlari di desa. Merasakan sejuknya udara di desa dan kehangatan setiap insan di dalamnya. Rasanya sangat berbeda saat berlari di Samarinda. Ada rasa senang dan haru yang menyatu saat berkeliling desa dengan santai seperti ini.
Jembatan gantung yang dilewati di salah satu rute lari
_________________
Empat belas hari berlalu dan kini saatnya kembali ke Samarinda. Banyak memori baru tercipta saat ini. Tahun depan saya akan kembali lagi dengan banyak kenangan yang akan terwujud.
#EidInFrame #CaptureYourFrame #CaptureYourEid
1 Comment
mbasithr
★
Options
- Mark as New
- Subscribe
- Subscribe to RSS Feed
- Permalink
- Report Inappropriate Content
04-11-2025 11:40 PM in
Others
TOP BGT 🔥
