Dalam Mata Lensa: Kisah dari Semarang #withGalaxy S22 Ultra

bayJoee
Options
Saya tertegun dan hanya ada perasaan takjub ketika melihat foto-foto karya salah satu fotografer ternama Indonesia, Hengki Koentjoro. Foto-foto hitam putih beliau tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga perasaan. Ada sesuatu magis yang muncul ketika melihat foto-foto hitam putih karya beliau.

Saat sedang melihat foto-foto karya salah satu fotografer yang menjadi sumber inspirasi serta panutan saya dalam menghasilkan foto hitam putih, sebuah pesan masuk dari salah satu Samsung Members Stars yaitu Mas Angga.

“Siang, Mas. Aku lagi di Semarang sama Junbe dan Koh Joe.”

Pesan singkat dari Mas Angga tersebut membawa saya kembali ke Semarang setelah terakhir kali berkunjung ke Semarang pada penghujung tahun 2016.

image

Hujan mengantar perjalanan saya menuju Semarang. Solo Balapan terasa begitu syahdu ketika hujan turun. Stasiun memiliki ikatan emosional tersendiri untuk saya. Perlahan tapi pasti ular besi yang membawa saya kembali ke Semarang mulai meninggalkan stasiun terbesar di Kota Solo.

Alunan musik Gambang Semarang menyambut saya ketika sampai di Stasiun Semarang Tawang. Saya bergegas menuju kawasan Kota Lama untuk bertemu dengan ketiga Samsung Members Stars yaitu Mas Angga, Mas Junbe, dan Mas Joe. Kami bertemu di salah satu bistro yang berada di kawasan Kota Lama. Sebenarnya tidak perlu waktu lama untuk sampai di lokasi, tetapi saya tidak dapat menahan godaan untuk mengambil foto ketika berada di Kota Lama.

image

Malam itu, kami berbincang banyak hal. Setelah selesai makan, kami berjalan-jalan sebentar di kawasan Kota Lama. Kota Lama merupakan tempat yang wajib dikunjungi apabila sedang berada di Semarang. Kawasan ini masih menyimpan banyak gedung-gedung peninggalan Belanda. Kota Lama sudah sangat berubah. Kawasan ini menjadi lebih cantik dan rapi ketimbang saat terakhir kali saya datang ke sini.

Dalam benak, saya sudah terpikirkan untuk membuat foto-foto dalam nuansa hitam putih. Hitam putih merupakan tema foto yang menantang bagi saya. Ia sederhana, tetapi menyimpan begitu banyak rasa. Pun, foto hitam putih dapat lebih “berwarna” ketimbang foto berwarna.

Ketika sedang berjalan, saya menemukan sebuah titik yang menarik untuk dipotret. Saya meminta tolong Mas Junbe untuk menjadi modelnya. Saya meminta Mas Junbe untuk seolah-olah sedang menggapai sesuatu dan berbekal kamera Galaxy S22 Ultra, saya mencoba mengabaikan momen tersebut.

Kepekaan menemukan sesuatu merupakan kemampuan yang sebaiknya terus diasah dan hal tersebut dapat ditingkatkan dengan konsisten memotret. Seorang fotografer yang menjadi panutan saya, Pio Kharisma, pernah berkata bahwa yang paling sulit dari fotografi adalah konsisten sampai di titik motret sudah seperti reflek.

image

image

image

Setelah dari kawasan Kota Lama, kami menuju Simpang Lima. Selain Kota Lama, Simpang Lima Semarang merupakan kawasan yang menjadi titik keramaian. Kami menghabiskan waktu di sini dengan berkeliling Simpang Lima menggunakan becak hias. Usai dari sini, kami kembali menuju hotel untuk beristirahat.

image

Esok harinya, kami menuju salah satu tempat wisata yang begitu terkenal di Semarang yaitu Lawang Sewu. Dahulunya, Lawang Sewu merupakan kantor pusat dari perusahaan kereta api milik Belanda, Nederlandsch Indische Spoorweg maatschappij (NIS). Kami segera berkeliling Lawang Sewu usai membeli tiket. Sudut-sudut Lawang Sewu memang begitu memikat. Lawang Sewu memiliki banyak hal yang dapat diabadikan melalui mata lensa. Salah satu tempat yang menjadi titik favorit wisatawan untuk berfoto yaitu di bagian kaca patri. Saat kami sampai di sini, kami harus sedikit mengantre untuk berfoto.

image

Setelah dari sini, kami melanjutkan menyusuri setiap sudut Lawang Sewu. Saat menemukan titik yang menarik, saya kembali meminta tolong Mas Junbe untuk menjadi modelnya. Banyak titik yang menarik untuk diabadkan melalu mata lensa Galaxy S22 Ultra.

Pada salah satu titik, saya melihat sebuah garis diagonal yang terbentuk di dinding. Saat melihat itu, saya langsung teringat dengan salah satu foto paling populer dari Fan Ho. Lalu, saya kembali meminta Mas Junbe untuk menjadi modelnya.

image

Semarang begitu terik pada waktu itu dan matahari mulai menuju titik di atas kepada. Kata orang, siang hari di Indonesia bukan waktu yang baik untuk memotret karena cahayanya begitu kuat. Pun, ada orang-orang yang berkata bahwa jangan memotret pada waktu siang! Saya kurang sepakat dengan hal ini. Sebagai pegiat fotografi sudah seharusnya mampu mengatasi situasi yang ada. Bagi saya, siang merupakan sebuah tantangan untuk menghasilkan foto dan melalui mata lensa Galaxy S22 Ultra, saya mengabdikan beberapa sudut Lawang Sewu pada waktu siang.

image

image

image

Usai berkeliling Lawang Sewu, kami menuju salah satu ruang yang menyajikan pertunjukan tentang sejarah Lawang Sewu. Setelah menyaksikan pertunjukan tersebut kami bergegas mencari makan siang dan setelah itu saya berpamitan kepada Mas Angga, Mas Junbe, serta Mas Joe untuk pulang ke Solo.

Saya sampai di Semarang Tawang beberapa menit sebelum kereta berangkat. Saya bergegas masuk ke stasiun. Dan lagu Gambang Semarang yang kemarin menyambut saya datang kini menjadi lagu pengantar saya kembali ke Solo.


Dalam Mata Lensa
Kisah dari Semarang
#withGalaxy S22 Ultra

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image

image



4 Comments