- Mark as New
- Bookmark
- Subscribe
- Subscribe to RSS Feed
- Permalink
- Report Inappropriate Content
04-12-2025 04:36 AM (Last edited 04-16-2025 12:48 AM ) in
OthersMalam takbiran telah berlalu, menyisakan gemuruh sukacita yang masih terasa dalam hening pagi. Mentari Lebaran pagi ini menyapa dengan kehangatan yang menenangkan, sinarnya menembus celah-celah jendela, membangunkan kami dengan lembut. Suara takbir yang berkumandang semalam kini terdengar sayup-sayup dari kejauhan, berpadu dengan riuhnya suara anak-anak di luar rumah yang sudah tak sabar menyalakan petasan. Ledakan kecil dan ceria itu seolah menjadi orkestra pembuka hari kemenangan ini.
Di dalam rumah, kesibukan terasa menyenangkan. Aku dan keluarga bergerak dengan semangat baru, bersiap-siap untuk menunaikan shalat Ied di masjid yang terletak tak jauh dari kediaman kami. Baju-baju baru yang telah lama disiapkan kini melekat di tubuh, terasa istimewa dan membangkitkan rasa syukur. Senyum merekah menghiasi wajah setiap anggota keluarga, memancarkan kebahagiaan yang tulus. Ayah tampak gagah dengan baju koko barunya, Ibu terlihat anggun dalam balutan mukena berwarna lembut, sementara aku dan adik-adikku tak henti-hentinya bertukar pandang, saling memuji penampilan masing-masing.
Perjalanan ke masjid terasa singkat dalam suasana suka cita. Di sepanjang jalan, kami berpapasan dengan tetangga dan kerabat yang juga menuju arah yang sama. Saling sapa dan ucapan selamat Idul Fitri terlontar, mempererat tali silaturahmi yang memang menjadi salah satu esensi dari hari raya ini. Suara takbir dari masjid semakin mendekat, memenuhi udara dengan keagungan dan kebesaran Allah SWT.
Pelaksanaan shalat Ied berlangsung khidmat. Lantunan ayat suci Al-Quran dan khutbah yang menyentuh hati mengingatkan kami akan makna pengorbanan dan kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa. Usai shalat, suasana menjadi lebih cair. Saling bersalaman dan bermaaf-maafan menjadi pemandangan yang menghangatkan hati. Rasa persaudaraan dan kebersamaan terasa begitu kuat, menghilangkan segala ganjalan yang mungkin pernah ada.
Kembali ke rumah, aroma masakan khas Lebaran langsung menyambut kami dengan begitu menggoda. Ibu dan beberapa kerabat perempuan rupanya sudah sibuk sejak pagi menyiapkan hidangan istimewa. Aroma gurih opor ayam dan harum rempah rendang memenuhi seisi rumah, sukses membuat perut kami berkeroncongan tak sabar. Di ruang makan, meja telah tertata dengan indah. Ketupat yang dibungkus janur kuning tampak cantik di antara mangkuk-mangkuk berisi opor ayam dengan kuah santan yang kental dan potongan daging ayam kampung yang empuk. Rendang dengan warna cokelat kehitaman yang menggugah selera juga tak ketinggalan. Selain itu, ada pula sambal goreng ati, sayur labu siam, dan berbagai macam kue kering yang menggoda.
Saatnya tiba untuk menikmati hidangan Lebaran. Kami duduk bersama di meja makan, menyantap setiap hidangan dengan penuh kenikmatan. Canda dan tawa menghiasi percakapan kami. Ayah bercerita tentang pengalamannya saat muda dulu, Ibu menimpali dengan cerita lucu tentang persiapan Lebaran, sementara aku dan adik-adik saling berbagi cerita tentang kegiatan kami selama bulan Ramadan. Setiap suapan opor ayam dan rendang membawa kenangan manis tentang Lebaran masa kecil, tentang kehangatan keluarga dan tradisi yang selalu kami junjung tinggi.
Setelah perut kenyang dan hati pun riang, saatnya mengabadikan momen kebersamaan ini. Kami berkumpul di ruang keluarga yang telah didekorasi dengan sentuhan khas Lebaran. Ketupat hias, lampu-lampu kecil, dan hiasan bertuliskan "Selamat Idul Fitri" menjadi latar belakang yang meriah untuk sesi foto keluarga. Berbagai gaya kami coba, dari yang formal hingga yang penuh canda tawa. Jepretan kamera mengabadikan senyum bahagia dan kebersamaan yang tak ternilai harganya. Foto-foto ini bukan hanya sekadar gambar, tetapi juga akan menjadi kenangan indah yang akan kami simpan dan ceritakan kepada generasi mendatang.
Keesokan harinya, suasana Lebaran masih terasa kental. Setelah sarapan pagi, kami sekeluarga bersiap-siap untuk melakukan ziarah kubur ke makam Mbah Putri dan Mbah Kakung. Makam kedua orang tua dari ayah dan ibu kami itu terletak di pemakaman desa, hanya beberapa kilometer dari rumah. Perjalanan ke sana kami tempuh dengan berjalan kaki, menikmati udara pagi yang segar dan pemandangan desa yang asri.
Sesampainya di pemakaman, kami langsung menuju pusara Mbah Putri dan Mbah Kakung. Makam mereka tampak sederhana namun terawat dengan baik. Kami membersihkan area sekitar makam dari rumput liar dan dedaunan yang gugur. Setelah itu, kami menaburkan bunga-bunga berwarna-warni di atas pusara, sebagai tanda kasih sayang dan penghormatan kami. Suasana hening menyelimuti kami saat Ayah memimpin doa, memanjatkan permohonan ampunan dan rahmat untuk kedua almarhum. Kami semua turut mengamini dalam hati, mengenang segala kebaikan dan kasih sayang yang pernah mereka berikan kepada kami.
Mbah Putri dan Mbah Kakung adalah sosok yang sangat kami cintai dan hormati. Mereka adalah pilar keluarga, sumber kasih sayang dan kebijaksanaan. Setiap Lebaran, tradisi berziarah ke makam mereka selalu kami lakukan. Ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga merupakan wujud bakti kami sebagai cucu, sebuah cara untuk mengenang jasa-jasa mereka, mendoakan ketenangan mereka di alam sana, dan sekaligus mengingatkan kami akan asal-usul dan nilai-nilai keluarga yang telah mereka tanamkan. Ziarah ini selalu menjadi momen yang penuh haru dan khidmat, mengingatkan kami akan siklus kehidupan dan pentingnya menghargai waktu yang kita miliki bersama orang-orang tercinta.
Lebaran, bagi kami, bukan hanya tentang hidangan lezat dan pakaian baru. Lebih dari itu, Lebaran adalah tentang kebersamaan keluarga, tentang saling memaafkan atas segala khilaf dan salah, dan tentang mengenang serta menghormati orang-orang yang telah berjasa dalam hidup kami. Semoga semangat Lebaran tahun ini, dengan segala kehangatan dan kebahagiaannya, membawa berkah dan kedamaian bagi kami sekeluarga dan bagi seluruh umat Muslim di mana pun berada. Semoga tali silaturahmi senantiasa terjalin erat, dan nilai-nilai kebaikan terus tumbuh dalam hati kita.
- Mark as New
- Subscribe
- Subscribe to RSS Feed
- Permalink
- Report Inappropriate Content
05-04-2025 07:54 AM in
OthersSelamat pagi,
Saya ingin meminta tolong kepada kalian untuk bantu melaporkan kelenteng Ben Shan Bio yang berada di Jalan Fatahilah Kelurahan Rajawali Kecamatan Jambi Timur Kota Jambi karena setiap IDUL ADHA dan setiap IDUL FITRI, kelenteng itu sesuka hati memutar musik non sembahyang kencang kencang dan saat itu ada warga lain yang tidak sengaja melintas disana saat umat muslim di sekitar sana sedang sholat IED di masjid sekitar jam 7 lebih.
Bukan cuma itu saja, setiap SENIN, RABU, dan JUMAT di depan patung dewi, lansia cina itu sengaja datang ke kelenteng jam 5 pagi sampai jam 9 pagi (paling lama) cuma mau senam dan setelah selesai senam sekitar jam setengah 7 pagi lebih sampai jam setengah 9 pagi. Mereka sengaja putar musik non sembahyang kencang kencang dan tidak peduli apakah warga yang tinggal di sekitar kelenteng sedang sakit atau sedang berduka. Bahkan ada salah satu warga muslim ngomel ngomel di depan warga lain saat saya juga berada disana jika dia sering sekali lewat depan kelenteng itu setiap diatas jam setengah 7 pagi sampai jam setengah 9 pagi. Warga itu pernah melihat kelenteng itu masih saja putar musik non sembahyang kencang kencang saat tidak ada lagi lansia cina senam, termasuk hari SELASA dan KAMIS yang sengaja mengganti hari Senin, Rabu dan Jumat hanya karena hujan kalaupun hujannya turun sebelum setengah 6 pagi ataupun bukan hari senam. Padahal di sekolah atau di lokasi lain, kalau saat hari senam cuaca sedang turun hujan, tidak ada ganti ganti hari seperti kelenteng gak punya etika macam tempat hiburan. Jika hujannya baru turun jam setengah 6 pagi, lansia cina itu betah sekali senam dengan kondisi hujan ataupun kabut asap dan tidak mau pulang sampai jam setengah 8 pagi, jam 8 pagi atau sampai jam 9 pagi, tidak peduli itu hari raya Natal, hari Wafatnya Yesus Kristus dan hari raya besar lainnya semacam tidak punya etika menghargai umat yang sedang merayakan hari raya itu beribadah padahal di tempat ibadah lain seperti masjid dan gereja tidak pernah ada yang membiarkan umatnya melakukan kegiatan tersebut di depan tempat ibadah apalagi hampir setiap hari, kecuali di lapangan yang jauh dari tempat ibadah.
Parahnya, SAAT MAKAN RONDE dan MAKAN BACANG, lansia cina itu malah menganggap tidak ada perayaan hari keagamaan di dalam agama mereka semacam warga Israel yang masih saja ingin menghancurkan dengan warga Palestina karena masih saja putar musik non sembahyang kencang kencang saat hari itu padahal hari raya MAKAN RONDE dan MAKAN BACANG itu hari raya umat china diluar tanggal merah dan umat cina pagi pagi sudah mulai sembahyang seperti umat muslim yang akan melaksanakan sholat IED. Warga itu sudah minta bantuan kepada babinsa tetapi mereka malah mengabaikan dengan masalah ini. Warga lain mengatakan jika pemilik kelenteng itu juga merupakan pemilik perusahaan Sentosa Primatama Grup di Jalan Kolonel Abunjani kawasan sipin Kota Jambi. Anehnya, kejadian ini banyak dianggap informasi bohong padahal ada warga muslim lain mengaku tidak sengaja melintas tempat ibadah itu saat IDUL ADHA 1444 H dan IDUL FITRI 1445 H terdapat kebisingan di sana karena senam dari setengah 6 pagi sampai jam setengah 8 pagi, jam 8 pagi ataupun sampai jam 9 pagi padahal IDUL ADHA 1444 H lalu bertepatan dengan hari KAMIS dan BUKAN hari mereka SENAM. Ada warga cina ribut ribut di salah satu rumah yang gak jauh dari tempat ibadah itu. Tempat ibadah itu memang sudah keterlaluan karena seharusnya tempat ibadah itu melarang adanya kebisingan diluar kegiatan sembahyang di kelenteng termasuk senam saat warga muslim sedang sholat IED. Ada warga muslim lain yang mengaku curiga jika sebelum ada penghuni baru di sekitar tempat ibadah itu, tidak ada kegiatan senam seenaknya yang tidak punya etika semacam itu. Meskipun diisukan sempat ada, tetapi selama belum adanya covid, kegiatan senam tidak pernah selesai sampai jam 8 atau sampai jam 9 pagi. Bahkan saat itu hanya sampai sebelum jam 7 pagi, tetapi sejak covid mereda, semakin lama semakin menjadi jadi. Warga itu juga protes jika sifat lansia cina yang selalu ikut senam ini gak pernah berubah, kalau kegiatan senam sudah selesai, seenaknya baru bubar dari kelenteng itu sampai jam setengah 8 pagi, jam 8 pagi atau sampai jam 9 pagi sambil putar musik kencang kencang yang bukan musik sembahyang semacam tidak ada tempat lain untuk putar musik kencang kencang padahal kelenteng itu digunakan untuk tempat ibadah atau kegiatan penting.
Bahkan seringkali ada laporan dari warga yang lewat kalau sebelum jam 6 pagi, kelenteng cina itu semacam tidak ada kerjaan setiap hari SELASA dan KAMIS. Pagi pagi sekelompok lansia cina putar musik kencang kencang padahal disana tidak ada kegiatan senam atau kegiatan lain yang tidak berhubungan dengan kegiatan keagamaan sampai jam 9 pagi (paling lama) baru dimatikan seolah olah lansia cina ini tidak punya hati menghargai tempat ibadah itu dan tidak ada waktu & tempat lain yang sengaja menganggu warga sekitar yang tinggal disana. Warga itu juga protes jika kegiatan senam rutin setiap 3x seminggu bukan kegiatan penting kalau sengaja putar musik kencang kencang yang bukan musik sembahyang sampai jam 8 atau sampai jam 9 pagi tanpa adanya kegiatan senam. Warga itu EMOSI kalau setiap SENIN, RABU dan JUMAT turun hujan sebelum jam 05.30 dan berhenti sebelum jam 6 PAGI atau berhenti sebelum jam 06.30 PAGI, lansia cina itu sengaja datang ke sana. Jika selalu terjadi, dikhawatirkan mereka sengaja pulang sampai jam 8 pagi atau jam 9 pagi. Jika saat hari kemarin yang jatuh hari Senin, Rabu dan Jumat tidak senam karena hujan, tetapi saat tidak ada hujan di hari Senin, Rabu dan Jumat selanjutnya, musiknya masih saja tidak mau dimatikan setelah jam 7.30 pagi. Padahal setelah jam 7 pagi, mereka tidak ada senam lagi dan seharusnya musiknya sudah dimatikan. Ini tidak dan malah menjadi kebiasaan buruk setiap hari.
Jika kalian memang umat muslim yang selalu menghargai dan ingin dihargai, seharusnya kalian juga ikut melaporkan kejadian ini kepada Pemerintah Kota Jambi karena ini sudah keterlaluan menyalahgunakan tempat ibadah yang dijadikan tempat kegiatan kebisingan yang tidak berhubungan dengan kegiatan keagamaan dan seenaknya diizinkan oleh Ketua RT setempat. Apalagi kegiatan senam ini sengaja diadakan agar peserta senam bisa memanfaatkan situasi ini untuk melakukan pencurian. Saya minta kepada kalian agar jangan terlalu membela pengurus tempat ibadah ini. Bukan maksud menghina agama lain, tetapi pengurusnya tidak tahu terima kasih kepada pengurus Masjid dan umat muslim sekitar karena pengurus Masjid dan umat muslim sekitar tidak pernah protes sama sekali jika kelenteng itu mengadakan acara karaoke setiap hari ulang tahun Dewa Dewi meskipun hanya 3x setahun. Pengurus tempat ibadah semacam ini sengaja tidak mau menegur peserta senam untuk tidak senam sambil melakukan kebisingan yang bukan kegiatan sembahyang ataupun kegiatan bantuan sosial saat umat Muslim sedang sholat IED jam 7 pagi.
Kalau di tanggal 6 JUNI 2025 yang bertepatan dengan hari JUMAT sekaligus hari raya IDUL ADHA 1446 H mereka sengaja melakukan kebisingan yang tidak berhubungan dengan kegiatan sembahyang ataupun kegiatan bantuan sosial saat jam 7 pagi di kelenteng Ben Shan Bio itu, masa kalian sebagai umat muslim tidak mau melaporkan kelenteng ini? Sedangkan tahun 2023 lalu HARI RAYA IDUL ADHA yang bertepatan dengan HARI KAMIS dan BUKAN HARI MEREKA SENAM sengaja putar musik non sembahyang kencang kencang padahal sudah lewat jam 7 pagi masih gak mau dimatikan dan di sekitar kelenteng itu ada MASJID sedang berkumandang takbir.
Akhir akhir ini TERMASUK TANGGAL 2 MEI 2025 LALU, sudah lewat jam 7 PAGI musiknya sengaja gak mau dimatikan malahan ditambah putar kencang kencang SEJAK JAM 5 PAGI padahal MULAINYA JAM SETENGAH 6 PAGI dan sudah jam setengah 7 pagi mereka sudah gak ada gerak gerik senam lagi. Mereka pun gak peduli sudah jam berapa dan kondisi cuaca seperti apa karena MEREKA ini MANULA KERAS KEPALA dan EGOIS. Kalau kalian tidak percaya, terserah. Ada saksi mata. Saksi matanya warga cina yang tinggal di salah satu rumah bedeng di lorong buntu. Saksi matanya sudah jijik dengan tempat ibadah macam gini karena warga cina itu melihat dimana mana orang senam cuma 1x seminggu.
TOLONG JADI UMAT ISLAM PUNYA LOGIKA
Terima kasih
