Original topic:

Kisah Rakyat di balik Relief Candi Mendut

(Topic created on: 06-03-2024 01:40 AM)
151 Views
Others
Relief Candi Mendut yang menyajikan cerita rakyat berbentuk fabel dengan nilai moral.

Pertama : kisah Brahmana dan Kepiting mengajarkan kebaikan akan dibalas kebaikan, sedangkan kejahatan akan dibalas kejahatan.

Kedua : cerita Angsa dan Kura-kura mengandung pesan moral bahwa hidup harus memiliki prinsip kuat, jangan lengah, dan mudah terpancing pembicaraan yang dapat menimbulkan bencana.

Ketiga : Cerita kera dan buaya memiliki pesan moral bahwa dalam menghadapi persoalan yang berat harus berpikir secara jernih. Tujuannya dapat menemukan cara untuk ke luar dari masalah atau persoalan seberat apapun.


Berikut cerita rakyat bentuk fabel dan nilai moral yang terkandung pada relief Candi Mendut:

image
Foto di ambil menggunakan Galaxy S24 Ultra

Pertama, Cerita Brahmana dan Kepiting.

Dwijeswara adalah seorang brahmana yang sangat bijak.

Sang Brahmana sedang bersembahyang di gunung dan berjumpa dengan seekor kepiting bernama Astapada. Sang Kepiting mungkin tersesat dan sampai di puncak gunung dalam keadaan kelelahan dan kehausan.

Sang Brahmana akhirnya membawa kepiting dalam buntalan.
Sesampainya di sebuah sungai, Sang Kepiting dilepaskan. Karena capek Sang Brahmana ketiduran.

Seekor ular dan seekor burung gagak sedang berencana melakukan kejahatan. Kepada burung gagak, ular minta diberitahu apabila ada orang ketiduran di atas batu.
Dia akan datang untuk memangsa orang itu.

Tak berapa lama burung gagak melihat seorang brahmana sedang tidur di sana. Burung gagak menemui ular dan berkata ada manusia sedang tidur di sana.

Silakan memangsanya hanya burung gagak minta disisakan matanya untuk menjadi santapan siangnya.
Begitulah perjanjian mereka.

Mendengar pembicaraan ular dan burung gagak, Sang Kepiting mendatangi keduanya. Kepada ular dan burung gagak, Kepiting meminta memanjangkan leher keduanya agar lebih dapat menikmati santapan.

Ular dan burung gagak setuju.
Kepiting meminta memanjangkan leher ular dan burung gagak.
Saat keduanya menyerahkan leher untuk dipanjangkan, maka kedua leher tersebut disupit oleh Sang Kepiting dan keduanya mati seketika.

Cerita Brahmana dan kepiting ini sarat dengan pesan moral.
Pesan yang menggambarkan bahwa kebaikan akan dibalas dengan kebaikan.
Begitupun juga, tindak kejahatan akan dibalas pula dengan kejahatan.

Berlanjut ke cerita kedua : 

image
Foto di ambil menggunakan Galaxy S24 Ultra

Kisah angsa dan kura-kura

Kedua, Angsa dan Kura-kura.

Di sebuah kolam kecil seekor kura-kura berteman dengan dua ekor angsa.
Seiring pergantian musim, kolam tersebut kadang menyusut, terkadang juga melimpah airnya.

Saat air melimpah mereka bersuka ria.
Saat air menyusut mereka menderita.
Kedua angsa baru saja mendengar berita gembira dari seekor burung bijaksana yang berkata bahwa di puncak gunung ada sebuah 

"Telaga Kebahagiaan" dengan mata air yang tak ada habisnya.

Kedua angsa bertekad bulat akan terbang menuju "Telaga Kebahagiaan" yang dapat membahagiakan mereka selamanya.

Kura-kura tertarik dengan tekad angsa dan berniat ingin mengikutinya.

Mereka berupaya mencari jalan keluarnya, dan sebuah ide cerdas diajukan Sang Kura-Kura. Kedua angsa menyetujuinya.

Walau mereka berpesan agar kura-kura selalu waspada, karena lengah sedikit saja, bahaya besar menimpa.
Kedua angsa mencengkeram sepotong kayu pada ujung-ujungnya, dan Sang Kura-Kura menggigit di tengahnya.

Sebelum terbang mereka berpesan agar kura-kura fokus menggigit kayunya dan tidak berbicara sepanjang perjalanannya.
Sesampai di atas ladang, sepasang serigala berkata, yang menggigit kayu itu bukan kura-kura tetapi kotoran kerbau, oleh-oleh buat anak angsa.

Sang Kura-Kura yang lengah karna ingin menjelaskan jika ini adalah idenya.
Gigitannya seketika terlepas dan jatuh.
Lalu badan sikura-kura terbelah dua.

Cerita Angsa dan kura-kura memiliki pesan moral bahwa hidup harus mempunyai prinsip yang kuat.
Jangan lengah dan mudah terpancing pembicaraan atau sesuatu yang dapat menimbulkan bencana pada diri sendiri.

Masuk ke kisah ketiga : 

image

Ketiga, Kera dan Buaya. 

Di atas sebuah pohon mangga di tepi sungai besar hiduplah seekor kera yang bersahabat dengan se ekor buaya jantan.

Tiap hari kera selalu memberikan buah mangga kepada sang buaya.
Istri buaya tidak senang melihat suaminya berubah menjadi lembut karena makan banyak mangga dan sering lupa membawakan ayam dan angsa sebagai santapan untuknya.

Buaya betina pun mempunyai niat jahat untuk membunuh si kera.
Buaya betina bilang kepada suaminya bahwa dia sedang sakit parah dan obatnya adalah jantung seekor kera.
Bahkan buaya betina bersandiwara bahwa dia segera meninggal bila tidak makan jantung kera.

Buaya jantan berada dalam dilema.
Tetapi istri tercinta segera mati apabila tidak makan jantung kera.

Akhirnya buaya jantan mengundang kera untuk datang ke seberang sungai tempat tinggalnya. Dikatakan di seberang sungai terdapat pohon apel dan juga pohon nangka.

Kera diminta naik ke atas punggungnya. Sampai di tengah sungai, buaya jantan mulai menyelam, dan kerapun sadar lalu bertanya mengapa buaya tega bertindak sedemikian?

Buaya jantan berkata bahwa istrinya sedang sakit parah dan harus makan jantung kera sebagai obatnya.
Sehingga dia harus melakukan hal demikian pada kera agar kera mati dan bisa menjadi obat untuk istri buaya.

Kemudian kera yang memiliki ide berkata pada sang buaya, bahwa dia selalu memberikan apa saja yang diminta buaya jantan.
Kera memberi tahu sebuah rahasia, bahwa dia selalu meloncat dari ujung dahan ke dahan lainnya, sehingga membawa jantung di badan sangatlah riskan.

Selanjutnya kera menyampaikan bahwa dia menyembunyikan jantungnya di sebuah dahan pohon yang tertutup oleh kerimbunan dedaunan.

Buaya jantan diminta segera kembali menepikan ke dekat pohon mangga agar dia dapat segera mengambil jantungnya untuk diserahkan.

Buaya jantan percaya dan membawa kera kembali ke tepi sungai yang segera melompat ke pohon mangga dan naik ke salah satu dahan.

Setelah Kera selamat kerapun menyampaikan bahwa bahwa buaya betina tidak punya perasaan.
Sedangkan buaya jantan tidak mengerti arti persahabatan.

Buaya Jantan hanya dapat terdiam dan merasa dipermainkan.
Tetapi dia tak dapat memanjat pohon mengejar kera yang sudah terbebas dari ancaman kematian.

Cerita kera dan buaya memiliki pesan moral bahwa dalam menghadapi persoalan yang berat harus berpikir secara jernih.
Tujuannya dapat menemukan cara untuk ke luar dari masalah atau persoalan seberat apapun.

Sebenarnya masih banyak, kisah-kisah lain yang terdapat pada relief yang ada di Candi Mendut, namun anggazone hanya menceritakan kisah yang anggazone dapat dari tour guide, saat berkunjung kesana.
next kalo saya kesana saya akan mencari tahu kisah-kisah lain nya yang terdapat pada Candi Mendut.

image


image


image


image


Demikian lah beberapa cerita rakyat yang tergambar pada relief di candi Mendut.
Semoga kita yang membaca dapat mengambil pelajaran dari kisah-kisah ini.

>Salam Samsung Members<

6 Comments
CaptainLynnnn
Expert Level 5
Others
Menarik sekali kisah-kisahnya, semua melibatkan karakter berupa hewan. Terima kasih sudah berbagi! 🤩
Others
Terimakasih sudah Berkenan Mampir kak Lynnnn
CaptainLynnnn
Expert Level 5
Others
Siap, dengan senang hati. 😁🙏
0 Likes
Others
Yukk bareng2 ke Prambanan... *cari temen😁😁
Others
Asik bngt ini kalau rame²an smua
0 Likes
Moderator3
Moderator
Moderator
Options
Others

Nice sharing, kak. Terima kasih, ya.

0 Likes