Sebait pertanyaan itu masih membekas dalam ingatan saya. Kawan saya yang berasal dari pulau seberang, jatuh hati kepada kota ini. Solo. Kota kecil yang pernah menjadi ibu kota suatu kerajaan ini menyimpan segudang cerita. Sewaktu masih menyandang status sebagai mahasiswa dulu, saya dan beberapa kawan sering berkeliling kota saat malam tiba. Pun sekarang, ketika rasa penat melanda, saya sering berkeliling kota dengan sepeda motor ketika malam. Tidak ada tujuan yang pasti. Hanya sekadar berkeliling kota saja.
Solo menjadi saksi saya tumbuh dan berkembang. Kota ini perlahan memoles dirinya bak anak gadis yang tengah gandrung memakai riasan wajah. Perubahan demi perubahan telah terjadi. Akan tetapi, ada satu hal tidak berubah dari kota ini. Hal itu adalah ruh suasana malam di Solo. Lalu, renjana fotografi yang saya tekuni membawa saya untuk merekam Solo di waktu malam. Pada utas singkat ini, saya sedikit berbagi tentang spot-spot foto malam di kota Solo dan tentunya foto-foto dalam utas ini saya potret dengan Samsung Galaxy M52.
1. Kompleks Halaman Depan Keraton Kasunanan
Berbicara tentang Solo, berbicara pula tentang keraton. Dua hal ini tidak dapat dipisahkan karena Kasunanan merupakan cikal bakal kota Solo. Selayaknya keraton Jawa, Kasunanan mempunyai nilai arsitektur yang menarik untuk difoto meski di waktu malam sekalipun.
Meskipun hanya berada di depan Kori Kamandungan, kita masih dapat merekam banyak momen. Dan jika sedang beruntung, malam yang Members habiskan akan ditemai suara genta yang dipukul oleh abdi dalem setiap satu jam sekali sebagai penanda waktu. Berikut beberapa foto yang saya ambil di area depan keraton:
2. Masjid Agung
Tata ruang keraton Jawa setidaknya terbagi atas tiga poin utama yaitu keraton itu sendiri, masjid, dan pasar. Pun dengan Kasunanan. Masjid Agung Keraton Kasunanan ini menjadi spot favorit ketika bulan Ramadan tiba. Selain disuguhi arsitektur bangunan, pada waktu-waktu tertentu dilaksanakan ritual tradisi. Dan pada bulan Ramadan, terdapat tradisi Selikuran. Tradisi ini dalam rangka menyambut Malam Seribu Bulan. Sesuai dengan namanya, Selikur(an), tradisi ini dilaksanakan pada malam ke-21 di bulan Ramadan.
Tata ruang keraton Jawa setidaknya terbagi atas tiga poin utama yaitu keraton itu sendiri, masjid, dan pasar. Pun dengan Kasunanan. Masjid Agung Keraton Kasunanan ini menjadi spot favorit ketika bulan Ramadan tiba. Selain disuguhi arsitektur bangunan, pada waktu-waktu tertentu dilaksanakan ritual tradisi. Dan pada bulan Ramadan, terdapat tradisi Selikuran. Tradisi ini dalam rangka menyambut Malam Seribu Bulan. Sesuai dengan namanya, Selikur(an), tradisi ini dilaksanakan pada malam ke-21 di bulan Ramadan.
Sebagai jalan yang berada di pusat kota, kawasan Jensud menarik untuk dijadikan spot foto malam. Kawasan ini dahulunya merupakan titik temu imajiner antara Kasunanan, Mangkunegaran, dan Belanda. Perpaduan antara Jawa dan Eropa saling bersinggungan di sini.
Kawasan Jensud dahulunya merupakan kompleks pemerintahan kolonial Belanda. Oleh karena itu, tidak heran jika di kawasan ini masih ditemui bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda. Selain itu, titik nol kota Solo berada di kawasan ini, tepatnya berada di depan balai kota Solo. Berikut beberapa foto malam yang saya ambil di kawasan ini:
4. Area Pasar Gede
Tak jauh dari balai kota Solo, terdapat pasar tradisional yang cukup terkenal. Pasar tersebut adalah Pasar Gede. Pasar ini diresmikan pada tahun 1930 dan menjadi pasar tertua di Solo. Ketika malam tiba, pasar akan menampakkan sisi lainnya terlebih lagi saat dini hari. Aktivitas bongkar-muat pedagang menarik untuk diabadikan.
Tak jauh dari balai kota Solo, terdapat pasar tradisional yang cukup terkenal. Pasar tersebut adalah Pasar Gede. Pasar ini diresmikan pada tahun 1930 dan menjadi pasar tertua di Solo. Ketika malam tiba, pasar akan menampakkan sisi lainnya terlebih lagi saat dini hari. Aktivitas bongkar-muat pedagang menarik untuk diabadikan.
Di kawasan ini pula terdapat sebuah klenteng yang usianya tidak kalah tua. Lalu, ada sebuah sungai yang membelah kota Solo menjadi dua. Sungai ini bernama Kali Pepe. Kali Pepe tidak kalah melegenda seperti Bengawan Solo terutama bagi orang Solo. Jika mencermati area Pasar Gede dengan saksama, kawasan ini merupakan kawasan pecinan. Banyak titik-titik menarik yang layak dijelajahi. Waktu terbaik berburu foto di sini ketika Imlek tiba. Kawasan ini akan dihiasi banyak lampion-lampion. Berikut beberapa foto di area Pasar Gede:
5. Koridor Gatot Subroto (Gatsu)
Spot foto malam favorit saya selanjutnya adalah koridor Gatot Subroto (Gatsu). Bagi saya, koridor ini sangat menarik. Hanya saja, kawasan ini masih sepi. Bangunan pertokoan berjejer sepanjang koridor Gatsu menarik untuk dijadikan kreasi foto malam. Kemudian, di seberang koridor Gatsu terdapat kawasan bernama Ngarsopuro. Kawasan ini juga menarik dan baru-baru ini kegiatan pasar malam yang rutin digelar pada Sabtu malam hadir kembali setelah sempat vakum.
Spot foto malam favorit saya selanjutnya adalah koridor Gatot Subroto (Gatsu). Bagi saya, koridor ini sangat menarik. Hanya saja, kawasan ini masih sepi. Bangunan pertokoan berjejer sepanjang koridor Gatsu menarik untuk dijadikan kreasi foto malam. Kemudian, di seberang koridor Gatsu terdapat kawasan bernama Ngarsopuro. Kawasan ini juga menarik dan baru-baru ini kegiatan pasar malam yang rutin digelar pada Sabtu malam hadir kembali setelah sempat vakum.
6. Sepanjang Jalan Slamet Riyadi (bonus)
Jalan ini dahulu dikenal dengan nama Poerwosari Weg. Pun, jalan ini dahulunya menjadi batas antara dua kekuasaan yang menguasai kota. Kini, jalan tersebut dikenal dengan nama Jalan Slamet Riyadi. Jalan yang memiliki panjang sekitar 5 km ini menyimpan banyak spot-spot menarik. Dalam blog pribadi, saya pernah menuliskan beberapa hal tentang jalan ini. Apabila Members hendak membacanya, berikut saya sematkan tautannya:
Jalan ini dahulu dikenal dengan nama Poerwosari Weg. Pun, jalan ini dahulunya menjadi batas antara dua kekuasaan yang menguasai kota. Kini, jalan tersebut dikenal dengan nama Jalan Slamet Riyadi. Jalan yang memiliki panjang sekitar 5 km ini menyimpan banyak spot-spot menarik. Dalam blog pribadi, saya pernah menuliskan beberapa hal tentang jalan ini. Apabila Members hendak membacanya, berikut saya sematkan tautannya:
Rekaman Menuju Wedangan
Perubahan demi perubahan terus terjadi di sepanjang jalan ini. Ada yang bertahan, ada pula yang berganti dengan wajah baru. Slamet Riyadi menyimpan banyak cerita tentang kota Solo dan hal ini yang membuatnya menarik untuk diabadikan dengan mata lensa. Salah satu titik yang menjadi favorit saya adalah di area gedung tertinggi di kota ini. Berikut beberapa kreasi foto malam di area tersebut:
Setiap kota menyimpan sisi menariknya untuk diabadikan melalui mata lensa. Pun dengan Solo dan suasana malamnya yang memberikan ruh tersendiri. Lalu, bagaimana dengan kotamu?
Sekian dan terima kasih.
Selamat berkreasi dan berkreativitas. Maksimalkan gawai yang dimiliki.
Catatan Tambahan:
1. Jangan pernah takut bermain warna dan terpaku terhadap sebuahpreset. Ciptakan warna danpreset-mu sendiri.
Selamat berkreasi dan berkreativitas. Maksimalkan gawai yang dimiliki.
Catatan Tambahan:
1. Jangan pernah takut bermain warna dan terpaku terhadap sebuahpreset. Ciptakan warna danpreset-mu sendiri.
2. Jangan malu dengan hasil fotomu sendiri. Semakin terbiasa memotret akan dapat menemukan rasa yang tepat sesuai dengan karakter masing-masing.
